TEMPO.CO, Makassar - Ketua Komite III bidang Pendidikan dan Agama Dewan Perwakilan Daerah RI, Hardi Selamat Hood, menyatakan akan menyikapi masalah panjangnya daftar tunggu keberangkatan calon jemaah haji.
"Harus ada langkah taktis untuk mengurangi daftar tunggu itu," kata Hardi seusai rapat evaluasi penyelenggaraan haji di Asrama Sudiang, Makassar, Senin 19 September 2016.
Menurut Hardi, pihaknya telah menemukan cara untuk mengurai persoalan yang hampir terjadi di seluruh provinsi itu. Salah satunya, kata dia, membuat daftar tunggu bisa merata di seluruh daerah.
Hardi menjelaskan, setiap daerah yang memiliki daftar tunggu yang sedikit bisa mendapat pengurangan kuota haji. Hasil pengurangan itu, kata dia, bisa dialihkan kepada daerah atau provinsi yang punya daftar tunggu lebih banyak.
"Dengam cara itu, daftar tunggu setiap daerah tidak terlalu jauh," ujar Hardi.
Menurut dia, ide tersebut memang tidak mudah karena harus mendapat kesepakatan dari setiap pemerintah provinsi. Tapi, kata Hardi, apapun bisa dilakukan demi mengurangi penantian panjang calon jemaah.
Hardi mengatakan, seusai pelaksanaan ibadah haji pihaknya akan melakukan rapat kerja dengan Kementerian Agama. Pada rapat itu, kata dia, ide tersebut akan dilontarkan disertai dengan hitung-hitungan kuota dan daftar tunggu setiap provinsi di seluruh Indonesia.
"Setidaknya kuota 225 ribu untuk Indonesia bisa dikembalikan," kata dia.
Tahun ini kuota jemaah haji untuk Indonesia berkurang hingga 158 ribu. Pengurangan itu dilakukan setelah pemerintah Arab Saudi melakukan perampungan pembangunan perluasan di areal masjidil haram.
Kepala Kementerian Agama Sulawesi Selatan, Abdul Wahid Thahir menjelaskan daftar tunggu paling banyak di daerah ini ada di Kabupaten Sidrap. Calon jemaah haki dari daerah itu baru bisa berangkat setelah 40 tahun nanti.
"Jumlah daftar tunggu di Sidrap mencapai 18 ribu," kata dia.
Sejumlah kabupaten juga mengalami hal serupa. Di Wajo dan Bantaeng daftar tunggu sampai 39 tahun. Adapun di Pinrang, Maros dan Soppeng masing-masing 30 tahun.
"Inilah mungkin yang memicu sehingga banyak warga memilih berhaji via Filipina," kata Wahid.
ABDUL RAHMAN (Makassar)