Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menteri Nila Segera Telusuri Aliran Uang Rp 800 M ke Dokter  

image-gnews
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek mengunjungi pameran alat kesehatan di Balai Kartini, 30 Agustus 2016/Danang Firmanto
Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek mengunjungi pameran alat kesehatan di Balai Kartini, 30 Agustus 2016/Danang Firmanto
Iklan

TEMPO.COJakarta - Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek mengaku belum mengetahui mengenai informasi adanya aliran uang dari perusahaan farmasi kepada dokter. Bahkan ia mengaku baru mengetahui informasi tersebut dari pemberitaan di media massa. “Saya baru tahu dari running text,” kata Nila di kantor Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Jumat, 16 September 2016.

Nila mengatakan belum ada laporan resmi yang masuk ke Kementerian Kesehatan terkait dengan temuan tersebut. Namun, kata dia, tidak lazim jika ada dokter yang menerima uang dari perusahaan farmasi. Ia juga mengatakan lembaganya tengah menelusuri laporan terkait dengan aliran uang dari perusahaan farmasi kepada dokter tersebut.

Ketua KPK Agus Rahardjo yang pertama kali membeberkan adanya aliran uang dari perusahaan farmasi kepada dokter ini, Kamis kemarin. Agus mengatakan KPK menerima laporan ada sebuah perusahaan farmasi yang mengirim uang hingga Rp 800 miliar kepada dokter selama tiga tahun terakhir. Laporan itu diterima KPK dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

Menurut Agus, laporan pemberian uang tersebut hanya dari satu perusahaan dari sekian banyak perusahaan farmasi. Ia juga mengatakan perusahaan farmasi itu tidak terlalu besar. Agus menilai laporan tersebut belum mencerminkan keseluruhan perusahaan farmasi.

Pengeluaran pabrik farmasi itu mencerminkan besarnya belanja kesehatan. Menurut Agus, berdasarkan penelitian lembaganya, belanja kesehatan Indonesia mencapai angka 40 persen. Padahal belanja kesehatan di negara lain cenderung rendah, seperti di Jepang yang hanya 19 persen dan Jerman sebesar 15 persen.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Temuan PPATK itu sejalan dengan hasil investigasi majalah Tempo yang menguak dugaan praktek gratifikasi di dunia kedokteran. Akhir 2015, majalah Tempo membongkar dugaan praktek kolusi antara perusahaan farmasi Interbat dan sekitar 2.000 dokter dengan judul tulisan “Fulus Diskon Perusahaan Obat”.

Hasil investigasi itu, angka transaksi perdagangan obat menembus Rp 69 triliun. Tempo menemukan angka tersebut diduga terkerek karena perusahaan farmasi mengeluarkan banyak uang untuk dokter, klinik, dan rumah sakit. Tujuannya, agar obat perusahaan itu ditulis oleh dokter ketika membuat resep. Nilai uang yang diduga dikeluarkan Interbat untuk dokter, klinik, maupun rumah sakit mencapai puluhan miliaran rupiah.

KPK dan Kementerian Kesehatan menyikapi hasil investigasi tersebut. Kedua lembaga membuat kesepakatan yang isinya mengatur lebih rinci apa saja yang boleh dan tidak boleh diterima dokter dari perusahaan farmasi. Meski ada kerja sama ini, Nila mengatakan seorang dokter boleh menerima hadiah dari perusahaan obat bila ditujukan untuk pengembangan kemampuan dokter, misalnya untuk kegiatan penelitian.

DANANG FIRMANTO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Begini Ciri Nyamuk Demam Berdarah, Antisipasi Gejala DBD

4 hari lalu

Ilustrasi nyamuk demam berdarah (pixabay.com)
Begini Ciri Nyamuk Demam Berdarah, Antisipasi Gejala DBD

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah untuk kebanyakan masyarakat Indonesia. Ini ciri nyamuk aedes aegypti.


Pakar Onkologi Toraks Ungkap 3 Kelompok Risiko Tinggi Kena Kanker Paru

6 hari lalu

Gejala Kanker Paru Bisa Terlihat dari Wajah, Seperti Apa?
Pakar Onkologi Toraks Ungkap 3 Kelompok Risiko Tinggi Kena Kanker Paru

Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P (K) menjelaskan terdapat tiga kelompok berisiko tinggi terkena kanker paru yang perlu melakukan skrining.


Indonesia Masih di Urutan 2 Jumlah Terbanyak Penderita TBC Sedunia, Berikut Penjelasannya

16 hari lalu

Ilustrasi obat Tuberkulosis atau TBC. Shutterstock
Indonesia Masih di Urutan 2 Jumlah Terbanyak Penderita TBC Sedunia, Berikut Penjelasannya

Indonesia masih berkutat pada peringkat dua penderita TBC sedunia, setelah India. Berikut beberapa pencetus dan kendala penganan tuberkulosis.


Menteri Kesehatan Turki dan Mesir Bahas Pemindahan Pasien Kanker dari Gaza

19 hari lalu

Seorang terapis memberikan terapi sengatan lebah pada pasien di klinik Rateb Samour, Gaza, Palestina, 11 April 2016. Ratusan pasien terapi gigitan lebah ini mengalami penyakit seperti rambut rontok, cerebral palsy, epilepsi, gangguan tulang belakang, masalah pendengaran, alergi hidung, hingga kanker. REUTERS
Menteri Kesehatan Turki dan Mesir Bahas Pemindahan Pasien Kanker dari Gaza

Menteri kesehatan Turki dan Mesir rapat membahas bantuan untuk Gaza dan pemindahan pasien kanker ke Turki.


Profil Pandji Soerachman Tjokrodisoerjo, Rektor UI Pertama Donatur Kongres Pemuda 1928

28 hari lalu

Pandji Soerachman Tjokroadisoerjo. Wikipedia
Profil Pandji Soerachman Tjokrodisoerjo, Rektor UI Pertama Donatur Kongres Pemuda 1928

Pandji Soerachman Tjokrodisoerjo Rektor UI pertama ini pernah menjabat sebagai Menteri Kemakmuran dan Menteri Keuangan. Ia donatur Kongres Pemuda 1928


Resep Rektor Unair Kedua Mohammad Toha Ronodipuro Mengatasi Soal Mahasiswa Abadi

29 hari lalu

Mohammad Toha Ronodipuro. FIB Unair
Resep Rektor Unair Kedua Mohammad Toha Ronodipuro Mengatasi Soal Mahasiswa Abadi

Mohammad Toha Ronodipuro Rektor Unair periode 1961-1965. Ada yang menarik selama masa jabatannya, ia menerapkan sistem untuk atasi mahasiswa abadi.


Tes HIV Gratis dengan BPJS Kesehatan, Simak Syarat dan Prosedurnya

42 hari lalu

Ilustrasi BPJS Kesehatan. Dok.TEMPO/Aditia Noviansyah
Tes HIV Gratis dengan BPJS Kesehatan, Simak Syarat dan Prosedurnya

BPJS Kesehatan menanggung biaya tes HIV. Apa saja syarat yang harus dipenuhi sebelumnya? Lalu bagaimana prosedur yang harus dijalani?


Heru Budi Mengaku Tahu Detail Kasus Mpox DKI karena Intens Komunikasi dengan Menkes

42 hari lalu

Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin usai menggelar rapat bersama membahas soal stunting di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Senin, 24 Juli 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
Heru Budi Mengaku Tahu Detail Kasus Mpox DKI karena Intens Komunikasi dengan Menkes

Pj Gubernur DKI Heru Budi Hartono mengaku mengetahui detail kasus cacar monyet atau Monkeypox (Mpox) di Jakarta. Dia intens komunikasi dengan Menkes.


Berlabuh di Karimunjawa, Rumah Sakit Apung dr Lie Siap Berikan Layanan Kesehatan untuk Masyarakat Kepulauan

45 hari lalu

Sebuah kapal yang dijadikan sebagai Rumah Sakit Apung (RSA) dr Lie Dharmawan di Dermaga Pantai Mutiara, Jakarta Utara, (6/6). Kapal Motor ini didirikan dr. Lie Dharmawan bersama relawan independen sejak 2009. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Berlabuh di Karimunjawa, Rumah Sakit Apung dr Lie Siap Berikan Layanan Kesehatan untuk Masyarakat Kepulauan

Menteri Kesehatah Budi G Sadikin Siap berikan fasilitas kesehatan untuk rumah sakit apung.


Menkes Sebut Stunting Penghalang Indonesia Jadi Negara Maju

48 hari lalu

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin dan Ketua Umum APINDO, Shinta W. Kamdani dalam konferensi pers usai acara Program GERAKAN ANAK SEHAT - KIPAS STUNTIMG APINDO 'Gerakan 1000 Pengusaha Gotong Royong Atasi Stunting' di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten pada Selasa, 17 Oktober 2023. TEMPO/Yohanes Maharso Joharsoyo
Menkes Sebut Stunting Penghalang Indonesia Jadi Negara Maju

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa stunting menjadi penghalang Indonesia menjadi negara maju.