TEMPO.CO, Yogyakarta - Pusat Kesenian dan Kebudayaan Cina di Yogyakarta menggelar perayaan Tiong Ciu atau Festival Kue Bulan di Klenteng Kwan Tee Kiong di Poncowinatan, Yogyakarta, pada 15 September 2016 petang. Perayaan tersebut merupakan tradisi masyarakat Cina untuk menyambut musim gugur yang jatuh tiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek yang menurut legenda berawal dari kisah Dewi Bulan atau Chang E.
“Tradisi itu membangun kebersamaan,” kata sekretaris panitia Feni Wiendrayati, Kamis, 15 September 2016.
Perayaan ini terjadi saat bulan purnama, yaitu fenomena ketika bulan dalam ukuran paling besar dengan jarak paling dekat dengan bumi. Saat itu, keluarga Tionghoa berkumpul serta makan kue bulan dan buah bersama.
Pada perayaan ini panitia mengundang tokoh dari delapan agama dan menyebarkan undangan untuk masyarakat luas. Para pemuka agama yang diundang adalah dari perwakilan umat Khonghucu, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, juga penghayat kepercayaan dan Kejawen. “Tiap-tiap dari tokoh lintas agama itu akan tampil dan berdoa,” kata Feni.
Masyarakat yang hadir pun bisa menyampaikan doanya dalam acara Liong Dupa. Mereka akan berdoa di klenteng dengan membakar dupa. Kemudian batang-batang dupa itu ditancapkan ke tubuh liong atau naga yang dibuat dari jerami. Usai liong dimainkan, lalu dibakar bersama.
“Asap dari pembakaran yang membumbung ke langit itu merupakan keyakinan atas doa yang diterima Tuhan,” kata Feni.
Barulah masyarakat makan bersama. Ada 17 set kue bulan yang dipersiapkan. Bentuk asli kue itu adalah bulat yang mengingatkan pada kue bakpia. Dalam bahasa Hokkian, kue bulan yang merupakan makanan khas Cina itu dikenal dengan sebutan gwee pia atau tiong ciu pia. Sedangkan buah yang disajikan juga yang merupakan buah khas masyarakat Tionghoa, antara lain per, apel, juga pisang raja.
Penghujung acara akan diramaikan dengan fragmen komedi Dewi Bulan. Maestro tari Didik Nini Thowok menjadi koreografer fragmen tersebut yang menampilkan para penari dari Sanggar Tari Natya Laksita, Tarian Perhimpunan FuQing, Tarian Paguyuban Hakka, dan Liong Putri Hoo Hap Hwee.
“Biasanya Mas Didik pas sibuk saat perayaan Tiong Ciu. Seingat saya baru kali ini beliau bisa mengkoreograferi fragmen itu,” kata Andera, staf sang maestro tari.
Menurut Andera, Didik mempersiapkan fragmen itu dalam waktu relatif singkat sejak Ahad 11 September 2016. Dalam fragmen itu juga menampilkan komedian Yogyakarta Gareng Rakasiwi yang memerankan kelinci dan Joned memerankan astronot.
PITO AGUSTIN RUDIANA