Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pesta Kue Bulan di Perayaan Tiong Ciu Yogyakarta  

Editor

Raihul Fadjri

image-gnews
Pelukis kuil, Sulistyo Rahardjo (72 tahun) memulai pelukisan ulang pilar-pilar utama di Klenteng Fuk Ling Miauw, Yogyakarta, Senin (28/1). TEMPO/Suryo Wibowo
Pelukis kuil, Sulistyo Rahardjo (72 tahun) memulai pelukisan ulang pilar-pilar utama di Klenteng Fuk Ling Miauw, Yogyakarta, Senin (28/1). TEMPO/Suryo Wibowo
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Pusat Kesenian dan Kebudayaan Cina di Yogyakarta menggelar perayaan Tiong Ciu atau Festival Kue Bulan di Klenteng Kwan Tee Kiong di Poncowinatan, Yogyakarta, pada 15 September 2016 petang. Perayaan tersebut merupakan tradisi masyarakat Cina untuk menyambut musim gugur yang jatuh tiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek yang menurut legenda berawal dari kisah Dewi Bulan atau Chang E.

“Tradisi itu membangun kebersamaan,” kata sekretaris panitia Feni Wiendrayati, Kamis, 15 September 2016.

Perayaan ini terjadi saat bulan purnama, yaitu fenomena ketika bulan dalam ukuran paling besar dengan jarak paling dekat dengan bumi. Saat itu, keluarga Tionghoa berkumpul serta makan kue bulan dan buah bersama.

Pada perayaan ini panitia mengundang tokoh dari delapan agama dan menyebarkan undangan untuk masyarakat luas. Para pemuka agama yang diundang adalah dari perwakilan umat Khonghucu, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, juga penghayat kepercayaan dan Kejawen. “Tiap-tiap dari tokoh lintas agama itu akan tampil dan berdoa,” kata Feni.

Masyarakat yang hadir pun bisa menyampaikan doanya dalam acara Liong Dupa. Mereka akan berdoa di klenteng dengan membakar dupa. Kemudian batang-batang dupa itu ditancapkan ke tubuh liong atau naga yang dibuat dari jerami. Usai liong dimainkan, lalu dibakar bersama.

“Asap dari pembakaran yang membumbung ke langit itu merupakan keyakinan atas doa yang diterima Tuhan,” kata Feni.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Barulah masyarakat makan bersama. Ada 17 set kue bulan yang dipersiapkan. Bentuk asli kue itu adalah bulat yang mengingatkan pada kue bakpia. Dalam bahasa Hokkian, kue bulan yang merupakan makanan khas Cina itu dikenal dengan sebutan gwee pia atau tiong ciu pia. Sedangkan buah yang disajikan juga yang merupakan buah khas masyarakat Tionghoa, antara lain per, apel, juga pisang raja.

Penghujung acara akan diramaikan dengan fragmen komedi Dewi Bulan. Maestro tari Didik Nini Thowok menjadi koreografer fragmen tersebut yang menampilkan para penari dari Sanggar Tari Natya Laksita, Tarian Perhimpunan FuQing, Tarian Paguyuban Hakka, dan Liong Putri Hoo Hap Hwee.

“Biasanya Mas Didik pas sibuk saat perayaan Tiong Ciu. Seingat saya baru kali ini beliau bisa mengkoreograferi fragmen itu,” kata Andera, staf sang maestro tari.

Menurut Andera, Didik mempersiapkan fragmen itu dalam waktu relatif singkat sejak Ahad 11 September 2016. Dalam fragmen itu juga menampilkan komedian Yogyakarta Gareng Rakasiwi yang memerankan kelinci dan Joned memerankan astronot.

PITO AGUSTIN RUDIANA 

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

15 hari lalu

Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Parangkusumo di Bantul, DI Yogyakarta, Jumat 1 Januari 2021. Pascapenutupan kawasan wisata pantai selatan Yogyakarta pada malam pergantian tahun baru, pengunjung memadati kawasan tersebut untuk menghabiskan libur tahun baru meskipun kasus COVID-19 di Yogyakarta terus meningkat. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
BMKG Yogyakarta Keluarkan Peringatan Cuaca Ekstrem, Wisatawan Perlu Waspada saat ke Pantai

Seorang wisatawan asing asal Hungaria juga dilaporkan sempat terseret ombak tinggi saat sedang melancong di Pantai Ngandong, Gunungkidul, Yogyakarta.


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

16 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

21 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

21 hari lalu

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta secara simbolik melakukan penutupan TPA Piyungan pada awal Maret 2024. TPA Piyungan selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Bantul. (Dok. Istimewa)
Yogyakarta Tutup TPA Piyungan, Bagaimana Pengelolaan Sampah Destinasi Wisata Itu di Masa Depan?

Penutupan TPA Piyungan diharapkan bakal menjadi tonggak perubahan dalam pengelolaan sampah di Yogyakarta.


Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

22 hari lalu

Sejumlah karya industri kreatif dipamerkan di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN) di Yogyakarta.  (Dok. Istimewa)
Sokong Wisata Berkualitas, Yogyakarta Bentuk Ekosistem Kota Kreatif

Yogyakarta memiliki unsur 5K yaitu Kota, Korporasi, Komunitas, Kampung dan Kampus, yang jadi modal mewujudkan Yogyakarta sebagai Kota Kreatif.


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

24 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

28 hari lalu

Bersama Baznas, Berkolaborasi Menghimpun Potensi Zakat

Baznas hingga saat ini telah melakukan kolaborasi penuh dengan Lembaga Amil Zakat


Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

30 hari lalu

Tradisi Selasa Wagen yang meliburkan para pedagang di kawasan Malioboro Yogyakarta untuk bersih bersih kawasan kembali digelar Selasa (27/2). (Dok. Istimewa)
Mengenal Tradisi Selasa Wagen, Hari Saat Pedagang Malioboro Beristirahat dan Bersih Bersih

Selasa Wagen di kawasan Malioboro berlangsung setiap 35 hari sekali merujuk hari pasaran kalender Jawa.


Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

36 hari lalu

Salah satu peserta saat mengikuti pembelajaran pawiyatan aksara Jawa di Kota Yogyakarta. (Dok. Istimewa)
Jurus Yogya Lestarikan Aksara Jawa, Gelar Sekolah Khusus di Seluruh Kampung

Pawiyatan aksara Jawa ini digelar serentak di 30 kampung mulai 20 Februari hingga 5 Maret 2024 di Kota Yogyakarta.


Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

39 hari lalu

Lokasi Boulevard Kotabaru yang memanjang di tengah Jalan Suroto itu berada di kawasan heritage Kotabaru, Yogyakarta. Tempo/Pino Agustin Rudiana
Gratis, Tour de Kotabaru Ajak Wisatawan Lari Santai Lintasi Heritage Yogyakarta Pekan Ini

Kotabaru di masa silam merupakan permukiman premium Belanda yang dibangun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono VII sekitar 1877-1921.