TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Ahmad Basarah menilai dukungan Partai Golkar terhadap Presiden Joko Widodo untuk kembali maju dalam pemilihan presiden 2019 terburu-buru. "Terlalu prematur, ini adalah tahun kerja,” kata dia di kantor Centre for Strategic and International Studies, Selasa, 13 September 2016.
Menurut Basarah, dukungan partai berlambang beringin itu justru akan membuat pemerintahan Jokowi tidak fokus. Kabinet kerja yang dibentuk oleh Jokowi juga bisa terancam tidak optimal apabila memikirkan dukungan untuk pemilu presiden 2019. Sebab, dengan dukungan yang dinilai prematur itu, pihaknya hanya akan sibuk dengan urusan politik praktis ketimbang meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dukungan Golkar kepada Jokowi dilontarkan Ketua Umum Golkar Setya Novanto saat membuka rapat pimpinan nasional 2016 Partai Golkar 27 Juli lalu. Dalam pidatonya, ia mengatakan partainya bakal mengusung kembali Jokowi dalam pemilihan presiden pada 2019.
Politikus Partai Golkar, Nurul Arifin, membantah tudingan prematur dari PDIP. “Tidak prematur, kami ingin realistis saja,” ujar Nurul, Selasa, 13 September 2016.
Menurut Nurul, Jokowi masih mendapat sambutan sangat luar biasa di masyarakat. Dari hasil survei CSIS pun menyebutkan elektabilitas Jokowi meningkat. Pada Oktober 2015 elektabilitas Jokowi sebesar 36 persen. Angka itu naik menjadi 41,9 persen pada Agustus 2016.
Nurul pun menilai prasangka Setya Novanto terhadap Jokowi luar biasa dan kuat sehingga pihaknya memutuskan bersama pemerintah saat ke depan. “Figur Jokowi masih sangat dicintai rakyat,” katanya.
DANANG FIRMANTO
Baca Juga:
Mario Teguh vs Adik: Soal Istri, Harta & Bak Ketemu Presiden
Abu Sayyaf Beri Deadline Baru, Ini Tanggapan Kemlu
Wow, Ahmad Dhani Mau Bikin Bekasi sebagai Planet, Maksudnya?