TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini punya cara khusus untuk mencegah kejahatan seksual pada anak-anak. Salah satunya, adalah memisahkan toilet siswa dan siswi di sekolah-sekolah.
"Tolong, guru juga memantau toiletnya itu, supaya tidak terjadi kejahatan seksualitas,” kata Risma kepada para guru di Graha Sawunggaling, kompleks Pemerintah Kota Surabaya, Selasa, 13 September 2016. Pemisahan toilet ini diharapkan bisa mencegah perilaku negatif antara siswa laki-laki dan perempuan.
Menurut Risma, dari beberapa studi kasus, banyak anak-anak yang menempuh pendidikan sekolah dasar sudah terlibat kejahatan seksual. Bahkan, ada pula yang sudah menggunakan narkoba dan menjadi pengedarnya. “Kalau seperti ini, siapa yang akan bertanggung jawab?”
Oleh karena itu, ia mengajak kepada para guru serta orang tua siswa untuk selalu peduli dan peka terhadap anaknya masing-masing. Melalui cara ini, maka akan lebih mudah anak-anak itu dikendalikan dan terpantau pergaulannya. "Apabila anak-anak nyaman, maka tindakan kejahatan seksualitas dan peredaran narkoba bisa dicegah sejak dini,” ujarnya.
Risma juga meminta seluruh sekolah meniadakan hukuman yang melarang siswa masuk kelas jika terlambat datang ke sekolah. “Masih ada sekolah yang melarang siswanya masuk sekolah karena terlambat, jangan begitu,” ujarnya. Alasannya, jika tidak diperbolehkan masuk, pelajar sangat dimungkinkan untuk berbuat negatif, minimal nongkrong di tempat lain pada jam sekolah.
Lebih baik, kata Risma, siswa yang terlambat itu tetap diperbolehkan masuk dan hukumannya bisa disuruh duduk di samping kepala sekolah, disuruh mengerjakan soal-soal hingga satu buku atau hukuman lainnya yang lebih mendidik. “Semakin banyak aktivitas anak, maka semakin sedikit dia tergoda untuk melakukan hal negatif."
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB Kota Surabaya Nanis Chairani mengatakan peran lingkungan termasuk di sekolah sangat dibutuhkan untuk memantau perilaku anak yang melenceng. Misalnya, guru harus melindungi anak-anak didik yang cenderung pendiam dan menanyakan penyebabnya. “Bukan tidak mungkin dia salah satu korban kejahatan.”
MOHAMMAD SYARRAFAH