TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto mengajak masyarakat merenungkan sejarah Idul Adha pada hari raya Idul Adha 1437 Hijriah. "Yaitu berawal dari pengorbanan Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail," kata dia melalui keterangan tertulis, 12 September 2016.
Menurut Setya, pelajaran yang dapat dipetik dari Nabi Ibrahim adalah ketaatan, keikhlasan, dan pengorbanannya. Nabi Ibrahim rela menyembelih anaknya karena diperintahkan oleh Tuhan. Dia pun mencontoh Ibrahim dengan cara berkurban.
Dengan berkurban, kata Setya, keikhlasan manusia diuji. "Diuji dari sifat rakus dan tamak akan harta dunia," kata dia. "Kurban itu berarti memberikan apa yang telah kita cintai (duniawi) serta apa yang kita sayangi dalam hal ini adalah harta yang kita miliki."
Selaku ketua umum partai, Setya mengatakan, dia akan menjadikan nilai-nilai ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam menjalankan tugasnya. "Dan berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara," kata dia.
Setya mengajak para kader Partai Golkar, khususnya yang saat ini menjabat kepala daerah, pejabat pemerintah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat atau dewan perwakilan rakyat daerah, untuk menerapkan nilai-nilai kebaikan Idul Adha, yakni nilai untuk taat menjalankan amanah dan tugas, ikhlas bekerja, serta rela berkorban untuk kepentingan rakyat dan negara.
Terakhir, Setya memohon maaf atas kesalahan dan kekhilafannya. "Saling memaafkanlah kalian sebelum hari Arafah, karena Nabi Muhammad bersabda pada hari Arafah seluruh amal diangkat menuju Allah selain amalan orang-orang yang saling bermusuhan," kata dia mengutip hadis Imam Al Baqir.
REZKI ALVIONITASARI