TEMPO.CO, Kapuas - Bagi warga Desa Bungai Jaya, Kecamatan Basarang, Kabupaten Basarang, Kalimantan Tengah, lahan gambut memiliki nilai ekonomis. Di lahan tersebut, warga desa menanam buah nanas yang kini dikenal sebagai komoditas khas Desa Bungai Jaya.
"Nanas kami itu sudah dikenal dengan nama nanas madu Basarang," kata Kepala Desa Bungai Jaya, Kadiman, Rabu, 7 September 2016.
Kadiman menjelaskan, warga desanya mulai menanam nanas sejak 1990-an. Saat itu, nanas tengah “booming” di Kalimantan Tengah. Pembangunan jalan raya di sekitar Desa Bungai Jaya juga mendorong masyarakat mulai menanam nanas.
Ketika masa panen tiba, warga desa biasa menjual nanas-nanas itu ke pengumpul yang datang hampir setiap hari ke desa. Para pengumpul kemudian memasarkannya ke sejumlah kota di Kalimantan Tengah.
Ketika ditanyakan ke mana masyarakat desanya memasarkan produk nanas itu, Kadiman menjawab masyarakatnya biasa menjualnya ke pengumpul yang datang hampir setiap hari ke desanya. Setelah itu, para pengumpul akan memasarkannya ke sejumlah kota di Kalimantan Tengah, bahkan hingga ke Kalimantan Timur.
Menurut Kadiman, keuntungan yang didapat dari menanam nanas di lahan gambut sangat besar. Satu buah nanas dihargai sebesar Rp 5.000 oleh para pengumpul. Dalam satu kali pengangkutan hasil panen, nanas yang dibawa petani bisa satu mobil pickup penuh, atau sekitar 1.300 buah. "Ya, itu tinggal dikalikan saja berapa penghasilan yang didapat," ujar dia.
Meskipun begitu, Kadiman menuturkan, pemasaran nanas di daerahnya belum semaksimal daerah-daerah lain. Kadiman pun menyimpan satu harapan. "Saya ingin nanas madu ini menjadi makanan khas yang dijual di toko-toko," ujar dia.
DIKO OKTARA