TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan dirinya tidak risau dengan adanya kebijakan pemotongan anggaran Kementerian Sosial. Menurut dia, setelah pemangkasan anggaran, kementeriannya justru mendapat banyak bantuan dari donatur.
"Ada sesuatu yang kalau dalam bahasa pesantren itu min haitsu la yahtasib, rezeki datang dari sumber yang tidak diduga-duga," kata Khofifah, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Rabu, 7 September 2016.
Dia mencontohkan, tiba-tiba Kementerian Sosial mendapat hibah dari Islamic Development Bank untuk daerah pesisir. Ada juga, kata dia, hibah dari Kanada untuk program pemuda wirausaha yang akan dimulai pada November mendatang.
"Kemarin juga kami dapat angin segar dari salah satu filantropi di Amerika yang masuk 10 pengusaha besar di dunia yang ternyata memang program kemanusiaannya akan di-deliver juga melalui Kementerian Sosial," kata Khofifah.
Bantuan hibah itu, menurut dia, memberi pelajaran bahwa perlu sinergi yang lebih produktif. Apalagi di tengah keterbatasan dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat kurang mampu, terutama 26 golongan penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Untuk beberapa program, Khofifah mengungkapkan, ada penyesuaian. Ia mencontohkan, asistensi lanjut usia yang seharusnya dilakukan selama 12 bulan tahun ini, terpaksa hanya diberikan 10 bulan. Lalu APBD asistensi penyandang disabilitas berat, yang harusnya diberikan 12 bulan menjadi 10 bulan. Anggaran makanan untuk anak telantar yang seharusnya Rp 144 ribu per bulan dikurangi menjadi sekitar Rp 123 ribu per bulan.
"Ini kami harus sampaikan, jangan sampai mereka nanti menganggap bahwa ini ada yang memotong di tengah jalan," kata Khofifah.
Anggaran belanja Kementerian Sosial dipotong Rp 1,6 triliun dari total Rp 50 triliun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan 2016.
AMIRULLAH | VINDRY FLORENTIN