TEMPO.CO, Surabaya - Pemerintah Provinsi Jawa Timur menemukan dugaan kasus antraks menjelang Hari Raya Idul Adha. Kasus yang diduga antraks itu ditemukan di Kabupaten Pacitan.
"
Sapi yang jadi korban hanya satu," ujar Gubernur Jawa Timur Soekarwo di kantornya, Rabu, 7 September 2016.
Sapi yang diduga terkena antraks itu awalnya mati tiba-tiba. Sapi tersebut juga mengalami luka-luka pada sekujur tubuhnya, mirip gejala antraks. "Tadinya sapi itu disembelih. Tapi, karena dicurigai antraks, ya, langsung dikubur terus disemen, tanah yang buat ngubur dibakar," katanya.
Sapi yang diduga terkena antraks itu berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah. Karena itu, Soekarwo mengatakan Jawa Timur sementara ini tidak menerima sapi yang berasal dari Jawa Tengah. "Saya juga sudah hubungi Gubernur Jawa Tengah soal dugaan kasus antraks," tuturnya.
Adanya dugaan antraks itu juga membuat Dinas Peternakan Jawa Timur memeriksa kondisi ternak yang ada di Ponorogo, Trenggalek, Madiun, Pacitan, dan Tulungagung. Pemerintah Provinsi Jawa Timur bahkan menganggarkan Rp 2,5 miliar untuk pemberantasan dan pemeriksaan ternak di seluruh daerah Jawa Timur yang dicurigai terkontaminasi virus tersebut.
"Alhamdulillah sudah bisa dikatakan tidak ada dugaan kasus antraks di daerah lain, tapi kami tetap waspada," ucapnya.
Sebelumnya, sejumlah ternak sapi milik wagra Cemeng, Donorojo, dan Pacitan mati mendadak. Kejadian itu lalu merambah ke Kecamatan Pringkuku. Sapi milik kelompok tani di Dusun Pringkuku dan Ngadirejan juga mati dengan gejala mirip antraks. Penularan diduga terjadi karena seekor sapi terjangkit yang dibeli dari luar daerah disembelih di sekitar lokasi.
Temuan sejumlah kasus diduga antraks di Pacitan membuat jajaran dinas peternakan di daerah sekitarnya, seperti Ponorogo, Trenggalek, dan Tulungagung, meningkatkan kewaspadaan. Sebab, virus ternak tersebut bisa menular kepada manusia.
EDWIN FAJERIAL