TEMPO.CO, Sidoarjo - Nasib 332 pengungsi Syiah Sampang hingga kini masih terkatung-katung di tempat pengungsiannya di Rusunawa Puspa Agro, Jemundo, Taman, Sidoarjo, Jawa Timur. Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya mereka terabaikan.
Hal itu dikemukakan komisioner Komisi Nasional Perempuan Riri Hariroh dalam rilis yang diterima Tempo, Selasa sore, 6 September 2016. “Sudah empat tahun komunitas Syiah Sampang menjadi pengungsi di negerinya sendiri,” katanya.
Pada Senin, 5 September 2016, Komnas Perempuan mengunjungi para pengungsi Syiah di Rusunawa Puspa Agro. Menurut Riri, kerentanan yang ditanggung para pengungsi Syiah Sampang di pengungsian semakin memprihatinkan karena kondisi tempat pengungsian yang tidak layak.
Ruang tempat tinggal yang sempit ditempati dua-tiga kepala keluarga. Mereka harus membuat sekat dari bahan triplek atau kain. Akibatnya, baik perempuan maupun laki-laki tidak mempunyai privasi.
Riri menjelaskan, dengan satu kamar mandi yang digunakan lebih dari dua kepala keluarga, kaum perempuan merasa sangat tidak enak, apalagi saat sedang menstruasi. Itu sebabnya, Komnas Perempuan secara khusus akan berkoordinasi dengan Kantor Staf Presiden untuk penyelesaian permasalahan ratusan pengungsi Syiah Sampang itu.
Komisi Nasional Perempuan mendesak pemerintah segera memenuhi hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya bagi ratusan pengungsi Syiah Sampang. Menurut Riri, pemerintah harus secara tepat melakukan pemetaan masalah guna menemukan solusi terbaik bagi masa depan para kaum Syiah Sampang itu. “Kebebasan beragama dan berkeyakinan mereka harus dijamin pemerintah,” ujarnya.
Sebanyak 332 pengungsi Syiah Sampang tinggal di pengungsian sejak Agustus 2012. Mereka terpaksa dipindahkan dari tempat pengungsian semula di Gedung Olah Raga Sampang akibat desakan para tokoh agama di Madura. Nasib mereka terkatung-katung setelah kampung mereka diserang dan dibakar warga Sunni. Api membakar 20 rumah di wilayah perbukitan di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, dan Dusun Gading Laok, Desa Bluuran, Kecamatan Karangpenang, Kabupaten Sampang.
Tak hanya membakar rumah, penyerang membakar ternak, tembakau di gudang, bambu, dan hutan akasia milik warga penganut Syiah. Bahkan salah seorang warga Syiah, Mochammad Kosim alias Abu Hamamah, tewas di lokasi ketika serangan berlangsung. Sejumlah orang lain menderita luka bacokan dan lemparan benda keras.
NUR HADI