TEMPO.CO, Pagaruyung - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan suatu masyarakat harus memiliki kebanggaan masa lalu agar persatuan dan semangat diantara masyarakat tetap terpelihara.
"Masa lalu adalah masa lalu. Milik kita adalah masa sekarang dan masa depan. Tapi masa lalu punya kejayaan yang dapat kita pelajari agar kita punya kejayaan di masa sekarang dan masa depan," kata Kalla dalam acara menaiki Istana Basa Pagaruyung, Sumatera Barat, Selasa, 6 September 2016.
Menurut Kalla, salah satu tanda kejayaan hadir dalam bentuk adat istiadat, budaya, kearifan lokal, maupun dalam bentuk istana. Karena itu, saat Istana Basa Pagaruyung mengalami kebakaran hebat pada 2007, dia berinisiatif mengumpulkan para tokoh Minang di perantauan untuk menggalang dana pembangunan kembali Istana Basa Pagaruyung.
Tokoh masyarakat Sutan Taufik Thayib dalam sambutannya mengatakan kebakaran akibat sambaran petir pada puncak istana itu menghanguskan bangunan dan benda-benda peninggalan bersejarah di dalamnya. Diperkirakan hanya 15 persen benda-benda bersejarah yang bisa diselamatkan. "Atas peran beliau, malam di saat para tokoh dikumpulkan, terkumpul dana Rp 27 miliar untuk pembangunan kembali Istana ini," kata Taufik tentang peran Kalla.
Kalla mengatakan peninggalan masyarakat berupa istana adalah milik masyarakat, bukan pemerintah. Kepemilikan oleh masyarakat ini dianggap penting agar masyarakat tidak selalu didikte pemerintah dalam menjaga warisan kejayaan mereka.
Pemerintah Kabupaten Tanah Datar bertekad menjadikan Istana Basa Pagaruyung sebagai salah satu objek wisata, bukan saja Sumatera Barat, tapi juga nasional. Tahun ini, Pemkab bertekad kunjungan wisatawan berjumlah 1 juta orang. "Sampai akhir Agustus sudah ada 800 ribu wisatawan, kami yakin dapat mengejar target yang tersisa," kata Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi.
Prosesi menaiki Istana Basa Pagaruyung sengaja dilakukan pada Jusuf Kalla. Pembangunan kembali Istana akibat kebakaran sebenarnya telah selesai pada 2013. Saat itu peresmiannya dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Meski telah diresmikan, belum ada prosesi menaiki Istana ini secara adat. Para pemuka adat, ninik mamak, cerdik pandai dan alim ulama memang bersepakat agar Jusuf Kalla menjadi figur dalam prosesi menaiki Istana Basa Pagaruyung ini.
"Selama ini kami sudah lama menanti kesediaan waktu Pak Jusuf Kalla untuk melakukan prosesi menaiki Istana Basa Pagaruyung," kata Taufik.
Prosesi menaiki Istana Basa Pagaruyung dilakukan pada Selasa sore, 6 September 2016. Sesaat tiba, Kalla yang didampingi istri disambut dengan Managuah (penyambutan rombongan secara adat). Lalu dilanjutkan dengan manyerak bareh kunyit (melemparkan beras kuning), dan mambasuah (membasuh) kaki sebelum menaiki tangga Istana.
Puncak upacara adalah makan bajamba (makan bersama secara adat). Ini dilakukan di dalam Istana dimana para ninik mamak, alim ulama dan cerdik pandai, serta para bundo kandung telah berkumpul dengan pakaian adat dan kebesaran masing-masing. Makan bajamba diawali dengan pidato makan pasambahan (persembahan) bajamba oleh ninik mamak Pagaruyung.
Menu makan bajambo diantaranya nasi putih, rendang, ikan nila balado, anyang (semacam urap), dan pisang. Selain para tokoh adat, prosesi menaiki Istana Basa Pagaruyung ini dihadiri Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Ketua DPD RI Irman Gusman, dan perangkat pemerintahan daerah lainnya.
Taufik mengatakan prosesi menaiki Istana Basa Pagaruyung oleh Kalla adalah sebuah kehormatan. Apalagi, Kalla adalah urang sumando (pria yang beristri orang Minang). "Meski urang sumando, jasa beliau bisa dikatakan lebih besar dari orang Minang sendiri," kata Taufik.
AMIRULLAH