TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Muhammad Subuh menyatakan virus zika pernah ditemukan di Provinsi Jambi. Penemuan virus zika di Jambi berawal ketika terjadi wabah demam berdarah pada akhir 2014-April 2015.
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman meneliti wabah demam berdarah itu. Penelitian melalui pengambilan sampel darah menemukan satu kasus positif zika. “Ditemukan pada seorang laki-laki yang telah melakukan perjalanan dari Amerika Latin (Brasil),” ucapnya kepada Tempo di Jakarta, Rabu, 31 Agustus 2016.
Subuh membantah bahwa zika yang dibawa nyamuk Aedes aegypti saat ini menyerang warga Suku Anak Dalam di Jambi. Ia mengatakan zika yang pernah ditemukan di Jambi tidak menyebar dan menjadi wabah. Nyamuk Aedes aegypti memang berada di semua wilayah di Indonesia. Sebab, Indonesia bersifat endemis terhadap virus demam berdarah yang dibawa nyamuk itu.
Menurut Subuh, warga Suku Anak Dalam di Jambi cenderung berpotensi terkena malaria. “Konsentrasi pada masyarakat-masyarakat pedalaman justru terkait dengan malaria,” ujarnya.
Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan juga telah mengeluarkan surat edaran ke semua rumah sakit untuk memeriksa pasien-pasien yang positif demam berdarah. Tujuannya adalah memastikan ada-tidaknya virus zika. Pemeriksaan sudah dilakukan sejak April 2016.
Subuh memastikan, berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium itu, belum ditemukan kasus positif zika pada manusia. “Tapi, pada nyamuk, kami belum tahu,” tuturnya.
DANANG FIRMANTO