TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan pemerintah sedang mendalami kabar adanya korban tewas dalam pertempuran militer Filipina dan kelompok Abu Sayyaf. Namun Wiranto enggan berkomentar banyak terkait dengan hal itu.
"Sudah ada konfirmasi, kami masih dalami. Sebelum didalami, kami tidak usah bicara," kata Wiranto di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin, 29 Agustus 2016.
Pada Ahad, 28 Agustus 2016, media lokal Filipina, Inquirer.net, melaporkan bahwa tiga petinggi kelompok Abu Sayyaf tewas dalam bentrok yang terjadi selama dua hari di Filipina Selatan. Kepala pasukan Komando Mindanao Barat (Wesmincom) Mayolargo de la Cruz mengatakan ketiganya adalah Mohammad Said alias Amah Maas, Sairul Asbang, dan Abu Latip.
Sebanyak 17 prajurit Filipina terluka dalam bentrok yang berlangsung sejak 26 Agustus 2016 di Patikul, perairan Sulu. “Pasukan menemukan sepuluh tubuh yang tewas, termasuk Said,” ujar Cruz.
Sempalan Abu Sayyaf yang dipimpin Said, kata Cruz, ada di balik penculikan tiga warga negara asing dan seorang wanita Filipina di Pulau Samal, pada September 2015. Mereka juga diyakini sebagai kelompok yang membantai dua warga Kanada, John Ridsdel dan Robert Hall.
Cruz memastikan operasi militer tak mengancam nyawa setiap sandera yang ditawan kelompok radikal tersebut. “Kami sangat berhati-hati. Selain itu, kami memiliki informasi intelejen tentang lokasi para sandera saat bergerak.” Said sudah lama masuk dalam daftar pencarian orang atas dugaan pembunuhan warga asing tersebut.
Meski mengklaim telah menghabisi tiga petinggi Abu Sayyaf sekaligus, pasukan militer Filipina tak menemukan dua tubuh lain. “Karena dibawa oleh sebagian rekan mereka yang berhasil kabur,”ujar Kepala Kantor Humas Angkatan Bersenjata Filipina, Kolonel Edgard Arevelo, Ahad.
Usai bentrokan tersebut, ujar Arevelo, pasukan pun menyita dua senjata M16, dan peluncur granat tipe M203. Dia sempat menyebut adanya sandera perompakan yang lolos, namun belum disebut jelas jumlah dan identitas mereka.
Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu, pada 23 Agustus lalu mengatakan separuh kekuatan Abu Sayyaf telah lumpuh seiring rentetan serangan militer Filipina.
"Mereka kan ditekan terus. Mereka kan waspada terhadap serangan dari tentara Filipina sampai tidak waspada terhadap tawanan. Tawanan melihat kesempatan, ya dia lari. Itu akibat desakan tentara Filipina," tuturnya.
ARKHELAUS W. | INQUIRER | YOHANES PASKALIS
Catatan Koreksi: Judul dan beberapa paragraf berita ini diperbaiki pada Senin 29 Agustus 2016 pukul 19.10 wib karena ada kesalahan informasi mengenai identitas korban tewas dalam serangan militer Filipina ke kamp Abu Sayyaf. Tidak ada sandera dari WNI yang menjadi korban dalam serangan itu.