TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan pelaku teror bom di Gereja Katolik Stasi Santo Yoseph, Medan, Sumatera Utara, IAH, tidak diperintahkan oleh siapa pun dalam melakukan aksinya. Menurut Wiranto, pemuda 17 tahun tersebut melakukan aksi teror atas inisiatif sendiri hasil belajar dari Internet.
"Ia belajar di warnet milik kakaknya. Sehari-hari aktif dia di warnet itu," kata Wiranto di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 29 Agustus 2016.
Menurut Wiranto, selama di warnet tersebut, pelaku mempelajari gerakan terorisme yang berkaitan dengan Abu Bakar Al Baghdadi. Dia, kata Wiranto, belajar mengenai Abu Bakar Al Baghdadi secara rutin sampai terobsesi.
Selain itu, menurut Wiranto, pelaku mempelajari cara membuat bom yang memakai bahan dasar seperti kabel, tembaga trafo, bubuk mesiu, baterai, bohlam lampu, dan pipa gorden. "Dia bikin bom di punggungnya sampai enam batang dari pipa gorden. Ternyata tidak meledak besar, meledaknya kayak petasan," ujar Wiranto.
Menurut Wiranto, kasus tersebut menunjukkan Internet bisa menjadi hal berbahaya apabila penggunaannya oleh anak di bawah umur tanpa didampingi orang tua. "Jadinya nanti terobsesi. Orang tua harus awasi anaknya, jangan hanya diserahkan ke aparat. Sebab, teroris itu musuh bersama," tuturnya.
ISTMAN M.P.