TEMPO.CO, Jakarta - Luas hutan dan lahan yang terbakar di Riau sejak Januari hingga sekarang mencapai 3.218 hektar. Satgas Penegakan Hukum telah menangani 64 kejadian perkara dengan jumlah tersangka 84 orang.
Upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan masih terus dilakukan. Kondisi udara kering menyebabkan api cukup sulit dipadamkan. Apalagi lahan yang terbakar adalah gambut. Satgas darat gabungan dari TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Manggala Agni, Damkar, relawan dan karyawan perusahaan memadamkan api di berbagai lokasi kebakaran hutan dan lahan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sebagian besar lahan yang terbakar adalah kawasan terbuka, kebun masyarakat tanah ulayat, dan lahan swasta yang dikuasai masyarakat. "Pembakaran dilakukan untuk pembersihan lahan dengan membakar sebelum dimanfatkan untuk perkebunan,"’ katanya melalui keterangan pers tertulisnya, Ahad 28 Agustus 2016.
Satelit MODIS dari NASA mendeteksi 32 hotspot kebakaran hutan dan lahan di Riau pada Minggu 28 Agustus 2016. Kondisinya, 32 hotspot pada tingkat kepercayaan Sedang (30-70 persen) dan 12 hotspot pada tingkat kepercayaan Tinggi (lebih dari 70 persen).
Hotspot terbanyak ada di Kabupaten Rokan Hilir yaitu 32 titik. Titik api juga tersebar di Pelalawan, Kampar, Meranti, Rokan Hulu, Bengkalis, Inhil dan Inhu. Lahan yang terbakar di Kabupaten Rokan Hilir antara lain di Kecamatan Pujud (50 hektar), Labuhan Tangga (10), Rantau Bais (40 ha), Tanah Putih (25 ha), Teluk Beno (40), dan Kubu (10 ha).
Berdasarkan pantauan Satelit Himawari dari BMKG pada 28 Agustus 2016 pukul 12.00 WIB, sebaran asap tipis dari Riau terbawa angin ke timur hingga Singapura dan perairan di bagian timur. Kondisi ini menyebabkan kualitas udara di Singapura kembali Tidak Sehat pada PM2,5 dengan konsentrasi 159 psi. Sedangkan untuk PM10 masih baik.
ISPU dengan tingkat Berbahaya dapat merugikan kesehatan yang serius, sedangkan pada Sangat Tidak Sehat dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Begitu juga dengan ISPU level Tidak Sehat dapat merugikan pada manusia atau kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Dua pesawat Air Tractor water bombing BNPB pada hari ini melakukan penerbangan 7 sortie dengan menjatuhkan 27,9 ribu liter air di daerah Pujud Rohil dan Kandis Siak. Empat heli water bombing beroperasi di daerah Tasik Serai Bengkali, Karya Indah Kec Tapung Kampar, dan Pujud Rohil.
Pantauan udara terlihat masih banyak ditemukan asap tebal produk dari kebakaran hutan dan lahan. Sebaran asap menyebabkan menurunnya jarak pandang. Jarak pandang di Dumai 1 kilometer dan Pelalawan 3 kilometer karena tertutup asap pada Ahad 28 Agustus 2016 pukul 16.00 WIB. Di Pekanbaru 6 kilometer dan Rengat 8 kilometer. Sejak pagi hingga sore jarak pandang di Dumai hanya 1 kilometer.
Kondisi ini menyebabkan kualitas udara menurun. Berdasarkan laporan dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Riau dan KLHK, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) pada 28 Agustus 2016 pukul 17.00 WIB di Bagan Siapi-api (Rokan Hilir) pada tingkat Berbahaya; di Duri Camp (Bengkalis) pada tingkat Sangat Tidak Sehat; dan di Dumai, Libo (Rokan Hilir), Duri Field (Bengkalis) pada tingkat Tidak Sehat. Sedangkan di Pekanbaru, Kampar, Pelalawan, dan Siak masih pada level Sedang.
SUPRIYANTHO KHAFID