TEMPO.CO, Sleman - Banyak cara polisi untuk mendekatkan diri ke masyarakat. Sebagai pelindung keamanan, para polisi di Kabupaten Sleman menggelar warung peduli kaum dhuafa.
Berlokasi di sekitar Bundaran Universitas Gadjah Mada, Kepala Kepolisian Resor Sleman Ajun Komisaris Besar Yulianto dan jajarannya menyediakan 100 porsi sarapan pagi. Banyak tukang becak dan masyarakat yang ikut menikmati hidangan yang sudah dipesan dari warung terdekat.
"Rencananya setiap Jumat ada kegiatan seperti ini. Tetapi lokasinya berbeda-beda," kata Yuliyanto, Jumat, 26 Agustus 2016.
Selain dapat makan, masyarakat yang ikut menikmati hidangan, mereka juga bisa berbincang dengan para polisi itu secara langsung. Mereka bisa menyampaikan uneg-uneg dan masalah di lingkungan masing-masing.
Menurut Yulianto, misalnya tukang becak harus mengeluarkan Rp 5.000 hingga Rp 10.000 untuk makan, itu termasuk memberatkan mereka. Dengan adanya aksi ini, selain lebih dekat dengan masyarakat, polisi bisa langsung mendengar uneg-uneg warga. Yang dibicarakan antara lain soal becak motor dan kemacetan lalu-lintas karena semakin banyak kendaraan di jalanan.
Untuk mendekatkan lagi ke masyarakat, para polisi terutama yang wanita (polwan) ikut melayani makanan untuk para warga. Tak hanya tukang becak, para pengemudi ojek, mahasiwa dan pejalan kaki di sekitar Bundaran Universitas Gadjah Mada juga ikut menikmati makanan dengan lauk ayam goreng, telor ayam dan sayuran. "Semua anggota (polisi) menyambut baik program ini," kata dia.
Salah satu pengemudi becak, Sartono, 49 tahun, merasa sangat senang dengan adanya program makan gratis ini. Apalagi makanan yang disajikan juga enak. Selain itu ia juga bisa menyampaikan permasalahan becak kayuh yang mulai tersaingi oleh becak motor. "Saya kan jarang makan nasi dengan lauk ayam goreng dan telur, enak. Tidak harus mengeluarkan uang, apalagi pagi-pagi masih belum dapat uang narik becak langsung bisa makan," kata dia.
MUH SYAIFULLAH