TEMPO.CO, Bandung - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengaku telah berkomunikasi dengan pimpinan Komando Daerah Militer III Siliwangi terkait pembubaran paksa aktivitas Komunitas Perpustakaan Jalanan oleh anggota TNI.
Ridwan menyesalkan pembubaran itu. Menurut dia pembubaran bertentangan dengan niat Pemerintah Kota Bandung yang ingin meningkatkan budaya literasi. "Kami ada kewajiban 15 menit anak membaca sebelum belajar di kelas. Kami buat perpustakaan di taman," kata Ridwan di kantornya, Rabu, 24 Agustus 2016.
Menurut Ridwan pembubaran itu hanya salah paham. Sebab, kata dia, saat itu TNI tengah menyisir anggota geng motor yang meresahkan warga. Kebetulan, tutur Ridwan, kondisi penerangan kurang baik sehingga anggota TNI membubarkan kelompok bermotor yang berkumpul di dekat kegiatan Komunitas Perpustakaan Jalanan. "Ini adalah miskomunikasi, ketidaksengajaan. Tidak betul Kodam menyasar komunitas membaca," ujarnya.
Ridwan berujar dia menjamin kebebasan berekspresi masyarakat Bandung. Menurut dia Pemerintah Kota Bandung tidak pernah menetapkan jam malam untuk kumpul-kumpul asalkan tujuannya positif. "Tolong digarisbawahi, dari dulu sampai sekarang tidak ada kebijakan jam malam dari Pemkot Bandung," ucapnya.
Agar kejadian serupa tak terulang, Ridwan akan mengundang Komunitas Perpustakaan Jalanan untuk berdialog secara langsung agar kebutuhan mereka bisa difasilitasi. Pria yang akrab disapa Emil ini juga ingin mengetahui alasan komunitas itu menggelar lapak baca pada malam hari di tempat yang gelap.
Sebelumnya anggota TNI dari Kodam Siliwangi diduga membubarkan perkumpulan Komunitas Perpustakaan Jalanan, Sabtu malam, 20 Agustus 2016. Pembubaran dilakukan saat Komunitas Perpustakaan Jalanan sedang menggelar lapak buku di Taman Cikapayang, Dago.
Salah satu penggiat Komunitas Perpustakaan Jalanan, Indra, 28 tahun, mengatakan pembubaran itu disertai aksi kekerasan yang dilakukan oleh aparat. "Yang dipukul ada tiga orang, ada yang dipukul perutnya, ada juga yang dipukul kepala bagian belakang," kata Indra.
Kepala Penerangan Kodam III Siliwangi Kolonel M. Desy Arianto membenarkan ada anggotanya yang membubarkan aktivitas komunitas itu. Namun ia mengklaim pembubaran itu untuk mengantisipasi geng motor yang meresahkan masyarakat. "Kalau ada kumpul-kumpul malam seperti itu takutnya ada indikasi melakukan hal negatif. Yang logis saja, masak baca buku di tempat gelap?"
Namun Desy membantah pembubaran itu disertai dengan tindakan kekerasan. "Apabila ada yang merasa dipukul, silakan lapor ke Denpom. Tidak ada pemukulan, yang ada saat kami patroli anak-anak itu membentak anggota," kata Desy.
PUTRA PRIMA PERDANA