TEMPO.CO, Bandung - Rektor Institut Teknologi Bandung Kadarsah Suryadi mengatakan, kampusnya menargetkan semua program studi S1 di tempatnya meraih akreditasi internasional.
“Sekarang sudah lebih dari 20 program studi yang terakreditasi. Kami akan teruskan sampai semua program studi S1 terakreditasi di tahun ke tiga dari sekarang, 2019,” kata Kadarsah di Bandung, Sabtu, 20 Agustus 2016.
Kadarsah mengatakan, dengan akreditasi internasional itu ada tiga tujuannya. “Pertama, mencapai standar atau kualitas internasional. Kedua, mendapat pengakuan internasional sehingga lulusan kami diakui di dunia internasional. Ketiga, melakukan kontinuitas improvement, peningkatan terus menerus,” kata dia.
Dengan mendapatkan akreditasi internasional itu ada sejumlah keuntungan bagi mahasiswa yang sudah lulus kelak. Salah satunya saat melanjutkan studi ke luar negeri otomatis diakui.
“Lebih mudah dan kepercayaan internasional tumbuh. Makanya kami yang sudah terakreditasi internasional diminta membuka program internasional sehingga mahasiswa asing bisa ikut,” kata Kadarsah.
Kadarsah mengatakan, kendala yang terbesar dalam memperoleh akreditasi internasional itu pada peremajaan peralatan di laboratorium. “Biasanya selalu ada rekomendasi peremajaan peralatan, itu masalah karena terkait dana. Ada alat yang murah dan mahal juga. Kami harapkan support pemerintah karena perguruan tinggi bukan mencari profit, tapi menghasilkan sumber daya manuisa yang berkualitas,” kata dia.
Ketua Satuan Penjamin Mutu ITB Pepen Arifin mengatakan, proses akreditasi untuk mendapatkan pengakuan internasional itu sudah dimulai sejak 2010.
“Kami mulai proses untuk akreditasi internasional dimulai dari akreditasi internasional ABET (Accreditation Board for Engineering and Technology), akreditasi bidang engineering dan teknologi. Dan pada 2011 berhasil menjadi yang pertama di Indonesia terakredtiasi ABET,” kata Pepen di Bandung, Sabtu, 20 Agustus 2016.
Pepen mengatakan, sudah 9 program studi yang hingga kini sudah mendapat akreditasi ABET, yakni Teknik Elektro, Teknik Kelautan, Teknik Fisika, Teknik Kimia, Teknik Informatika, Teknik Industri, Teknik Lingkungan, Teknik Sipil, serta Teknik Perminyakan.
Menurut Pepen, selain itu, program studi MIPA mengambil akreditasi ASIIN dari Jerman. “Itu program studi MIPA, Biologi, Farmasi, Teknik Mesin, Teknik Material, dan Teknik Aeronoutika. Tiga prodi yakni Teknik Mesin, Aeronoutika, dan Teknik Material itu malah sudah memenuhi standar Eropa,” kata dia.
Program studi lain mengambil akreditasi berbeda seperti Royal Society of Chemistry (RSC) dari Inggris, serta KAAB. Total sekarang yang sudah terakreditasi internasional itu 23 prodi.
Menurut Pepen, di ITB seluruhnya terdapat 45 program studi. “Kami punya planing bertahap. Tahun ini, 5 prodi lagi proses evaluasi akreditasi internasional, tahun depan 6, tahun depannya 6 lagi, sehingga diharapkan pada 2020seluruh prodi S1 sudah berakreditasi internasional,” kata dia.
Pepen mengatakan, proses mendapat akreditasi internasional itu lumayan panjang. Mulai dari perbaikan kurikulum, hingga peremajaan peralatan agar memenuhi standar akreditasi tersebut. Kebutuhan peralatan cukup besar. Satu prodi kebutuhannya Rp 7 miliar sampai Rp 10 miliar.
AHMAD FIKRI