TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Filipina terus memburu kelompok penyandera WNI, Abu Sayyaf. Mereka belum berhasil membebaskan para sandera. Bahkan, hingga saat ini, Filipina belum bisa memastikan lokasi penyanderaan. "Titik keberadaan mereka selalu berpindah," kata Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi di kantornya, Jakarta.
Retno hanya bisa memperkirakan lokasi penyanderaan berada di sekitar Pulau Sulu, Filipina. Retno menambahkan, posisi penyanderaan berubah ketika terjadi pertempuran antara militer Filipina dan kelompok Abu Sayyaf. "Sulit bagi kami menyampaikan mereka ada di mana. Beberapa jam kemudian, mereka sudah pindah," ujarnya.
Hingga kini, dua sandera, Sofyan dan Ismail, berhasil melepaskan diri dari kelompok separatis Filipina tersebut. Keduanya, bersama delapan orang anak buah kapal, disandera sejak Juni 2016.
Pada Kamis, 18 Agustus 2016, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Armanatha Nasir, mengatakan upaya penyelamatan dan pengumpulan informasi tak pernah berhenti. Komunikasi terus dibangun antara Menlu Retno Marsudi dan Menlu Filipina Perfecto Rivas Yasay.
Ia memastikan informasi baru selalu didapat Kemlu melalui KBRI dan KJRI di Filipina dan di Sabah, Malaysia. Upaya penyelamatan juga dikoordinasikan dengan tim Crisis Center. "Kami bergerak melalui intelijen untuk mencari informasi yang bermanfaat. Sangat intensif komunikasinya," tutur Arrmanatha, kemarin.
Retno menambahkan, upaya pembebasan sandera ini merupakan tantangan bagi kementeriannya. Sebab, penyanderaan terjadi di luar wilayah kedaulatan Indonesia. "Pertama, lokus tidak terjadi di wilayah kita. Lokus ada di negara orang lain dan situasi di lapangan yang sangat dinamis," ucapnya.
Baca: Sandera WNI Terpecah di Dua Kelompok Sempalan Abu Sayyaf
Sandera sempat dipecah dalam dua kelompok sempalan Abu Sayyaf di perairan Sulu, Filipina Selatan. "Sampai saat ini kami dengar dibagi, ada yang empat dan tiga," ujar Luhut Binsar Pandjaitan pada Jumat, 1 Juli 2016, yang kala itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan mereka sebelumnya berada di Panamao, Kepulauan Sulu. Namun, pada 1 Juli 2016, tiga WNI dibawa ke arah selatan, ke sebuah pulau bernama Lapac.
Menurut Luhut, informasi soal para WNI yang disandera masih bersumber dari intelijen Filipina dan terpantau Badan Intelijen Negara serta Badan Intelijen Strategis.
ARKHELAUS W. | YOHANES PASKALIS