TEMPO.CO, Surabaya - Gubernur Jawa Timur Soekarwo meminta pemerintah pusat segera membangun plengsengan di Trenggalek untuk mencegah banjir beserta tanah longsor terjadi lagi. Plengsengan itu digunakan untuk menahan aliran air sungai agar tidak menggerus bagian dinding sungai.
"Saya sudah telepon Direktorat Jenderal Sumber Daya Air untuk minta dibangun," kata Soekarwo seusai salat Jumat di kantornya, Jumat, 19 Agustus 2016.
Selain butuh plengsengan, di Trenggalek, khususnya daerah Kecamatan Munjungan, Kecamatan Kampak, Kecamatan Bandungan, juga harus dibuat penahan air. Hal ini agar ketika hujan, alirannya tidak langsung mengalir ke daratan yang lebih rendah sehingga tidak terjadi tanah longsor. "Air mengalir dari Bandungan yang daerahnya lebih tinggi, turun ke daratan yang lebih rendah, dan air itu bawa lumpur juga," katanya.
Meski sudah memberi tahu pemerintah pusat, Soekarwo mengaku dia belum tahu kapan akan dimulai pembangunan plengsengan tersebut. "Yang jelas, saya sudah memberi tahu."
Sementara itu, banjir di Trenggalek yang terjadi pada Selasa, 16 Agustus, menurut Wakil Bupati Trenggalek M. Nur Arifin, berdampak terhadap 30 ribu orang dan sekitar 7.500 rumah rusak. Sekitar 14 desa di Kecamatan Gandusari, Kampak, Pogalan, serta Kota/Kabupaten Trenggalek.
Menurut dia, banjir itu disebabkan oleh volume air yang tinggi ketika hujan yang cukup deras, sehingga meluap cukup banyak. Air tersebut berasal dari Ponorogo dan gunung di Kampak. Dengan volume besar itu, beberapa jembatan jebol, jalan rusak, rumah warga terendam air sampai 150 sentimeter dan terjadi tanah longsor. "Menyebabkan akses jalan menuju Munjungan di Desa Ngadimulyo Ngrayung terputus," ujarnya.
Selain akses jalan yang tertutup, banjir selama dua hari itu menyebabkan jembatan putus di Desa Sukorejo. "Kami sekarang berfokus untuk pembenahan akses jalan dan jembatan yang tertutup tanah longsor," katanya.
EDWIN FAJERIAL