TEMPO.CO, Tasikmalaya - Peristiwa jatuhnya pesawat latih di Kampung/Desa Kujang, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, Kamis sore, 18 Agustus 2016, tidak akan terlupakan oleh Iting, 32 tahun, warga setempat. Betapa tidak, dia nyaris tertabrak pesawat yang jatuh di area persawahan tersebut.
"Tidak kebayang kalau masih di atas (pohon kelapa)," ujar Iting saat ditemui di lokasi kejadian, Jumat pagi, 19 Agustus 2016. (BACA JUGA: Pesawat Latih Jatuh di Persawahan Tasikmalaya)
Saat kejadian, dia menjelaskan, pesawat menabrak pohon kelapa yang baru saja dipanjatnya. Dia baru saja memasang tempat untuk menampung air nira di pohon tersebut. Sehari-hari, Iting memang bekerja sebagai penyadap nira untuk diolah menjadi gula kelapa merah.
Ketika berada di atas pohon kelapa, kata Iting, dia melihat sebuah pesawat berputar-putar dan mendadak mengarah ke pohon yang sedang dipanjatnya. Setengah panik, Iting bergegas turun dari pohon kelapa. "Pesawat itu tidak ada suaranya," ujarnya.
Sesaat setelah menginjakkan kaki di tanah, pesawat itu menyambar bagian atas pohon kelapa yang baru dipanjat Iting. "Hampir ketabrak," kata dia dengan wajah lega.
Begitu sadar ada pesawat jatuh, Iting langsung lari terbirit-birit menjauhi lokasi. Dia mengaku takut pesawat akan meledak. "Lalu ada warga lain yang datang ke lokasi," ujarnya. Setelah itu, barulah dia berani mendekat.
Setelah dirasa aman, Iting, pemilik sawah, Toni, dan warga lainnya mendekati badan pesawat. Di dalam pesawat ada tiga orang. "Saat ditemukan, mereka (para penumpang dan pilot) sadar," kata Toni. (BACA JUGA: Korban Pesawat Jatuh Dievakuasi ke Rumah Warga)
Warga mengevakuasi korban ke rumah warga. "Evakuasi tidak lama, karena lokasi tidak jauh dari rumah warga," kata Toni.
CANDRA NUGRAHA