TEMPO.CO, Denpasar - Aktivis anti reklamasi yang juga Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI), I Wayan Gendo Suardana, menegaskan bahwa dirinya tidak melakukan penghinaan pada ormas Posko Perjuangan Rakyat (Pospera) maupun pembina Pospera yakni anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Adian Napitupulu via akun Twitter-nya @gendovara.
Akibat tuduhan penghinaan tersebut, Pospera melaporkan Gendo ke Mabes Polri, pada Senin 15 Agustus 2016. Menghadapi pengaduan itu, Gendo kini didampingi lebih dari 30 pengacara di Bali.
Baca Juga:
Dalam laporannya ke polisi, Pospera mempersoalkan cuitan Gendo yang menyebut Pospera sebagai 'Posko Pemeras Rakyat' dan memelesetkan nama Adian Napitupulu sebagai 'Napitufulus'.
Kuasa hukum Gendo, I Made Ariel Suardana, menegaskan bahwa cuitan Gendo sama sekali tidak ditujukan pada Pospera maupun Adian Napitupulu. Ariel menjelaskan kata 'pemeras rakyat' dalam cuitan Gendo, bukan ditujukan ke Pospera karena tidak ada mention yang ditujukan untuk akun twitter tertentu.
Sedangkan, kata 'Napitufulus', kata Ariel, juga tidaklah ditujukan untuk menghina etnis Batak, khususnya marga Napitupulu seperti dituduhkan Pospera. "Anggapan tersebut sangat tidak tepat. Ini tidak berhubungan dengan etnis Batak, tapi gaya bahasa saja, tentang konteks peran seseorang (yang hanya bekerja--) untuk uang semata, fulus," ujar Ariel, saat jumpa media di Balai Banjar Peken, Desa Sumerta, Denpasar, Selasa, 16 Agustus 2016.
Ariel menegaskan sejak penulisan cuitan Gendo, sampai saat ini, Gendo tidak pernah berniat melakukan penghinaan terhadap Pospera maupun Adian Napitupulu. "Gendo juga aktivis '98," tuturnya. Adian sendiri dikenal sebagai aktivis Forkot yang kini sudah menjadi anggota parlemen di Senayan, Jakarta.
Ariel mengakui bahwa Gendo sangat aktif di media sosial seperti Facebook dan Twitter. Tujuan Gendo eksis di media sosial adalah untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait perkembangan isu rencana reklamasi di Teluk Benoa, Bali. "Gendo menggunakan berbagai kata secara deskriptif, kiasan, yang ditujukan kepada mereka yang ingin merusak alam Bali," kata Ariel. "Jadi ini hanya gaya bahasa kiasan saja, yang lalu ditafsirkan sebagai penghinaan."
Karena itu, Ariel menduga pelaporan atas Gendo punya motif lain yakni mengkriminalisasi gerakan tolak reklamasi di Bali untuk memuluskan rencana proyek PT Tirta Wahana Bali Internasional (TWBI) jaringan bisnis milik taipan Tomy Winata, di proyek reklamasi Benoa. Caranya, Ariel menduga, dengan mengalihkan isu tolak reklamasi menjadi isu konflik antar etnis.
"Menurut analisa kami tokoh-tokoh di dalam Pospera adalah tokoh pro reklamasi. Jadi (laporan polisi atas Gendo--) adalah salah satu cara mereka merusak barisan perlawanan kami," katanya.
BRAM SETIAWAN