TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Kepala Staf Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat, Mayor Jenderal (Purnawirawan) Kivlan Zen, mengatakan tujuh warga negara Indonesia yang disandera di Filipina Selatan akan segera bebas. Menurut Kivlan, yang ikut dalam tim negosiasi pembebasan WNI, pihak penyandera telah terkepung satuan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF).
"Rencananya, sandera mereka (kelompok penyandera) lepas tanpa tebusan karena sudah terkepung," ujar Kivlan lewat pesan pendek kepada Tempo, Senin, 15 Agustus 2016.
Menurut Kivlan, yang diketahui akrab dengan tokoh MNLF, Nur Misuari, kelompok penyandera terkepung di sekitar wilayah Bulangsi, Filipina Selatan. Dia yakin, penyandera, yang masih sempalan Abu Sayyaf, terdesak sejak bentrok terjadi di Pulau Jolo, perairan Sulu, beberapa waktu lalu.
"Gembong penculiknya, tokoh yang ditakuti, sudah ditembak mati bersama asistennya," ujar Kivlan.
Dalam bentrokan itu terdapat sejumlah militan Abu Sayyaf yang tewas. Salah satunya Jennor Lahab alias Jim “Dragon”, yang terlibat penculikan sepuluh WNI pada Maret 2016.
Kata Kivlan, tak ada tenggat penyerahan uang tebusan, seperti yang disebutkan di sejumlah pemberitaan. "Tak ada deadline. Ini kan bukan negosiasi dengan (uang) tebusan, tapi dengan diplomasi dan tekanan serangan."
Kelompok MNLF, ujar dia, berhasil membuat 32 orang penyanderaan menyerahkan diri. "Speedboat, mobil, dan motor penculik sudah dirampas," tutur Kivlan.
Kelompok MNLF memang sempat terlibat operasi pembebasan sandera WNI pada penyanderaan yang terjadi Maret dan April 2016. Sebanyak 14 WNI saat itu berhasil dibebaskan dari dua kasus penyanderaan yang berbeda.
YOHANES PASKALIS