TEMPO.CO, Samarinda - Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail mengunjungi posko korban sandera di rumah Elona Ramadhani, Senin, 15 Agustus 2016. Kehadiran Nusyirwan untuk menguatkan keluarga sandera sehubungan dengan batas akhir pembayaran uang tebusan kepada kelompok penyandera Abu Sayyaf di Filipina.
"Sekali lagi saya katakan ancaman itu tak semudah dibayangkan, meskipun hari ini hari kritis. Ini sudah atas nama negara," kata Nusyirwan kepada keluarga sandera di Sungai Lais, Kelurahan Pulau Atas, Kecamatan Sambutan, Samarinda, Senin, 15 Agustus.
Baca:
Pembebasan Sandera, Keluarga Pegang Janji Wiranto
Menjelang Deadline Tebusan Sandera WNI, Ini Jawaban Kemlu
WNI Disandera, Menlu Retno: Banyak Perubahan di Lapangan
Sampai hari ini, tujuh anak buah kapal TB Charles masih di tangan kelompok bersenjata Abu Sayyaf. Kelompok Al Habsy Misaya yang berafiliasi dengan Kelompok Bersenjata Abu Sayyaf yang menahan sebagian dari sandera menetapkan batas akhir pembayaran uang tebusan untuk para sandera pada 15 Agustus 2016. Mereka meminta uang tebusan 250 juta peso atau Rp 70 miliar untuk sandera Ismail, Robin Piter, M. Sofyan, dan M. Nasir. Pemerintah menyatakan tak akan mengabulkan uang tebusan.
Kepada para keluarga sandera Nusyirwan berpesan agar tetap bersabar. Upaya pembebasan masih terus dilakukan. "Upaya pembebasan masih terus berjalan termasuk operasi intelijen. Tapi ada upaya yang rahasia dan itu tak bisa diketahui semua," kata Nusyirwan.
Menurut dia, pemerintah daerah hanya fokus kepada keluarga korban sandera yang ada di Samarinda.
Sebelumnya, perwakilan dari Kementerian Luar Negeri datang untuk mendampingi keluarga sandera. "Mereka mendampingi kami agar secara psikologis tetap sabar," kata Dian Megawati Ahmad, salah satu istri sandera. Ia yakin suaminya akan dibebaskan.
Mega mengaku tidak mendapat penjelasan rinci mengenai upaya pembebasan para sandera. Namun, ia yakin upaya pembebasan tetap berjalan. "Masih negosiasi," kata Mega.
FIRMAN HIDAYAT