TEMPO.CO, Klaten - Dua patung rohani, Yesus dan Bunda Maria, di dalam Gereja Katolik Santo Yusuf Pekerja Paroki Gondangwinangun di Dukuh Minggiran, Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, dirusak orang tak dikenal pada Selasa siang, 9 Agustus 2016.
Rusaknya dua patung tersebut pertama diketahui karyawan gereja, Marsono, yang saat itu hendak berdoa. “Patung Yesus posisinya jatuh dan tertelungkup di lantai. Salah satu tangannya patah. Sedangkan patung Bunda Maria sudah tidak ada di tempat semula. Setelah saya cari, ternyata patung itu di sungai samping gereja,” kata Marsono saat ditemui pada Rabu siang, 10 Agustus 2016. BACA: Patung Yesus dan Bunda Maria Dirusak, Polisi Periksa Tiga Saksi
Marsono mengatakan patung Yesus itu tingginya sekitar 175 sentimeter dengan berat sekitar 20 kilogram. Adapun patung Bunda Maria tingginya sekitar 165 sentimeter dengan berat sekitar 15 kilogram. Kedua patung berongga dari material fiber itu berada di sisi kiri altar.
“Alas bawah patung itu dari campuran semen biar tidak roboh kalau kena angin,” kata Marsono. Kepala Bidang Rumah Tangga Gereja, AL Miyadi, mengatakan kedua patung itu bisa diangkut satu orang meski agak susah. “Patung Bunda Maria itu ditenggelamkan di tengah sungai,” kata Miyadi.
Sungai itu berada tepat di sisi timur Gereja. Terdapat sebuah tangga dari semen dengan ketinggian sekitar sepuluh meter untuk turun dari halaman parkir gereja ke dasar sungai. Adapun kedalaman airnya hanya sekitar 30 sentimeter. “Peristiwa ini tidak mempengaruhi kami untuk tetap beribadah seperti biasa. Tidak ada masalah,” kata Miyadi.
Kepala Kepolisian Resor Klaten Ajun Komisaris Besar Faizal mengatakan kedua patung itu hanya dipindahkan dari tempatnya semula. “Tidak ada penyerangan, tidak ada pengrusakan (gereja). Hanya ada dua patung yang diambil dan dipindahkan tempatnya,” kata Faizal pada Rabu siang.
Menurut keterangan Romo Sukowalyono, pastur di gereja Katolik tersebut, Faizal mengatakan pemindahan patung itu diperkirakan pada pukul 13.00-14.00. Romo baru mengetahui kejadian itu sepulang dari Yogyakarta. “Saat itu Romo mendengar suara bluk, dikira asbes atau genteng jatuh. Karena tidak melihat ada yang rusak, Romo lalu ke Jogja,” kata Faizal.
Sepulang dari Yogya sekitar pukul 15.00 WIB, Romo baru menerima laporan ihwal kejadian yang menimpa dua patung rohani itu. “Gereja itu bangunannya berupa pendopo yang terbuka. Tidak tertutup, siapa saja bisa langsung masuk,” kata Faizal.
Hingga kini, polisi masih mencari tahu siapa pelaku serta apa motif di balik pemindahan patung itu. Sebab, pada hari yang sama, juga beredar kabar ihwal perusakan patung oleh orang tak dikenal di Goa Maria Sendang Sriningsih, Dusun Jali, Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman. “Kami belum bisa menyimpulkan karena masih dalam tahap penyelidikan,” kata Faizal.
DINDA LEO LISTY