TEMPO.CO, Bangkalan - Kepolisian Resor Bangkalan, Jawa Timur, merekrut 80 warga sipil untuk dijadikan Sukarelawan Pengatur Lalu Lintas (Supeltas). Mereka akan dilatih cara memarkir dan memberikan aba-aba kendaraan dengan baik. "Mereka bertugas membantu polisi mengatur lalu lintas," kata Kepala Kepolisian Resor Bangkalan Ajun Komisaris Besar Anisullah M Ridha, Selasa, 9 Agustus 2016.
Menurut Anis, polisi membutuhkan jasa sukarelawan karena jumlah polisi lalu lintas di Bangkalan minim. Terutama di daerah-daerah yang rawan kemacetan lalu lintas, seperti pasar tradisional. "Mereka (Supeltas) adalah juru parkir liar di pasar, direkrut oleh Dinas Pasar dan kami latih."
Di Bangkalan ada tiga pasar tradisional yang sering menjadi biang kemacetan parah pada jalur antar-kabupaten di Pulau Madura, yaitu Pasar Tanah Merah, Pasar Blega, dan Pasar Klampis. Adapun nama pasar merujuk pada nama kecamatan di tempat pasar berada.
Anis mencontohkan, pada hari pasaran yaitu hari Ahad, di tiga pasar itu kerap terjadi kemacetan parah hingga kendaraan tidak bergerak. Penyebabnya adalah kendaraan pengangkut ternak kambing atau sapi banyak yang parkir di bahu jalan. Kondisi itu juga diperparah dengan banyaknya pedagang dadakan yang berjualan di bahu jalan. "Polantas kami minim, tidak mampu mengatasi kemacetan," katanya.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Bangkalan Ajun Komisaris Ady Nugroho berharap, keberadaan sukarelawan bisa membantu polisi mencegah kemacetan di pasar tradisional. Selain dilatih, mereka akan diberi seragam dan peralatan pendukung pengatur lalu lintas. "Kami juga menyiapkan drum modifikasi untuk mereka agar terlihat saat mengatur lalu lintas."
Ady mengatakan Supeltas adalah sipil pengatur lalu lintas resmi. Mereka diangkat melalui surat pengangkatan resmi oleh pemerintah daerah tapi tidak mendapat gaji. "Pendapatan mereka tetap dari jasa parkir, hanya kami latih bagaimana memarkir yang benar."
Hasan, seorang Supeltas, mengaku senang diangkat menjadi juru parkir resmi. Tidak masalah baginya walau tidak ada gaji. "Yang penting kami diakui, sehingga kami tidak khawatir lokasi parkir kami diambil orang lain."
MUSTHOFA BISRI