TEMPO.CO, Bandung - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengatakan pengakuan terpidana mati Freddy Budiman yang ditulis Haris Azhar mengenai keterlibatan aparat penegak hukum dalam peredaran narkoba perlu dibuktikan.
“Orang udah mau ditembak mati, ngaku, kira-kira bohong atau kagak? Bisa bohong, bisa juga semacam pengakuan dosa. Masak, orang mau mati bohong juga sih? Menurut saya, di sidik saja lebih jauh,” ucapnya seusai perayaan Hari Anti-Narkotika Internasional Jawa Barat di halaman Gedung Sate, Bandung, Selasa, 9 Agustus 2016.
Kendati demikian, Deddy menuturkan pengakuan Freddy itu tetap harus dibuktikan dulu. “Kita tidak bisa men-judge, siapa pun yang berhubungan dengan dia pasti bersalah,” ujarnya.
Deddy menuturkan peredaran narkoba saat ini sudah menjangkau hampir semua kalangan. “PNS, pejabat publik, aparat penegak hukum, pelajar, mahasiswa, profesional muda, artis, hampir semua profesi sudah masuk dalam penyalahgunaan narkotik, jadi hati-hati di sini,” ucapnya.
Deddy mengatakan, data Badan Narkotika Nasional 2015 memperkirakan 2,2 juta persen penduduk Indonesia diduga pernah menggunakan narkoba, dari yang mencoba pakai, pengguna teratur, maupun pecandu. “Peredaran narkotik jenis baru ada 643 jenis dan belum semuanya terjangkau aturan hukum tiap negara. Di Indonesia, baru 18 jenis yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan, 26 jenis dalam proses pembahasan,” ujarnya.
Dia meminta semua pihak bekerja sama memerangi narkoba. “Harus dilakukan bersama-sama. Masyarakat harus melawan juga, melaporkan kejadian yang ada di lingkungannya,” tutur Deddy.
Kepala BNN Jawa Barat Brigjen Iskandar Ibrahim mengatakan salah satu yang diwaspadai saat ini adalah maraknya peredaran narkoba jenis baru. “Dia masuk sulit terdeteksi kalau dilihat secara kasat mata,” ucapnya, Selasa, 9 Agustus 2016.
Iskandar berujar, narkoba jenis baru itu kadang bentuknya menyerupai barang yang ditemui sehari-hari, mulai lembaran perangko, rokok, hingga permen. “Jadi tidak seperti pil-pil, ada bentuk lain-lain sekarang,” tuturnya.
Dia mencontohkan, di Bogor, sempat ditemukan peredaran permen berisi zat psikotropika. “Casing-nya permen, tapi di dalamnya ada unsur narkoba. Dia campuran dari berbagai unsur. Umumnya yang menjadi incaran itu pekerja dan pengusaha muda,” ucapnya.
Iskandar mengatakan narkoba jenis baru ada yang dikemas menyerupai rokok. “Diproduksi seperti rokok menggunakan label rokok tertentu kemasannya, tapi isinya narkoba. Unsurnya menggunakan zat CC4, zak kimia yang bisa mematikan jantung. Itu masuknya dua tahun terakhir ini,” ujarnya.
Kendati demikian, tren penggunaan narkoba masih jenis sabu-sabu. “Masih sabu-sabu,” tutur Iskandar.
AHMAD FIKRI