TEMPO.CO, Semarang - Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia Agung Wiharto mengatakan pengoperasian pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah, hanya akan membutuhkan tenaga kerja 300 orang. “Karena ini pabrik dengan peralatan canggih, kira-kira hanya dibutuhkan tenaga kerja 300 orang,” kata Agung saat dihubungi Tempo, Senin, 8 Agustus 2016.
Saat ini, pabrik semen belum beroperasi karena masih menyelesaikan pembangunan konstruksi yang sudah mencapai 95 persen. Pembangunan konstruksi ditargetkan rampung pada akhir tahun ini.
Pabrik semen akan dioperasikan sebagian oleh tenaga kerja baru. Sebagian lainnya akan didatangkan dari pabrik semen di Tuban, Jawa Timur. Sebab, pabrik baru tak bisa langsung dioperasikan oleh orang baru. Pekerja pabrik semen dari Tuban didatangkan sambil melatih tenaga kerja yang baru.
Agung berjanji akan mengutamakan tenaga lokal warga Rembang. Ia mencontohkan, jika ada dua calon tenaga kerja dengan nilai sama, yang akan diutamakan adalah pekerja dari penduduk Rembang.
Menurut dia, proses yang membutuhkan banyak tenaga kerja adalah pada saat pengerjaan konstruksi pabrik yang saat ini masih berlangsung. Dalam proses konstruksi itu, ada 3.000 tenaga kerja dengan berbagai keterampilan khusus. Dari jumlah tersebut, 1.000 di antaranya berasal dari warga lokal. Rata-rata mereka bekerja melalui perusahaan-perusahaan kecil yang ditunjuk PT Semen Indonesia untuk mengerjakan berbagai konstruksi. Misalnya, mengerjakan raw material, listrik, dan lain-lain.
Hanya saja, setelah pembangunan konstruksi selesai, 3.000 pekerja ini juga akan selesai bekerja. Meski begitu, Agung yakin pendirian pabrik semen ini akan mendatangkan pendapatan bagi warga lokal. Misalnya, warga bisa mendirikan warung.
PT Semen Indonesia juga memberi bantuan sembako dan mengadakan pelatihan bagi warga lokal. “Soal masih adanya warga yang menolak, itu bagian dari dinamika,” kata Agung.
Koordinator Jaringan Masyarakat Pegunungan Kendeng (JMPPK) Rembang, Joko Prianto, menilai, pabrik PT Semen Indonesia telah melakukan berbagai kebohongan. Ia mencontohkan, pabrik semen disebut-sebut menyerap banyak tenaga kerja tapi nyatanya hanya butuh 300 orang. Itu pun sebagian adalah pekerja lama dari pabrik semen Tuban.
“Maka kami menolak pabrik semen,” kata Joko yang sehari-harinya bertani. Mereka yang menolak menganggap kehadiran pabrik semen akan merusak lingkungan Pegunungan Kendeng.
ROFIUDDIN