TEMPO.CO, Poso - Setelah pimpinan Mujahidin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah, tewas dalam Operasi Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah, satu per satu kelompok ini mulai turun gunung. Kemarin sore, Ahad, 7 Agustus 2016, satu orang anak buah Santoso menyerahkan diri ke Satuan Tugas Tinombala.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, anak buah Santoso itu bernama Salman alias Opik. Ia termasuk daftar pencarian orang (DPO) yang dikeluarkan polisi. Salman diketahui menyerahkan diri pada Ahad sore di Sungai Mati, Kampung Tamanjeka, Dusun III Ratelemba, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso.
Satgas Tinombala awalnya menerima informasi dari salah satu sumber yang menyebut bahwa Salman alias Opik bermaksud mau menyerahkan diri. Satgas lalu berangkat bersama sumber itu menuju Sungai Mati di Kampung Tamanjeka. Salman kemudian dijemput dan dibawa ke Markas Polisi Resor Poso untuk diproses.
Polisi Daerah Sulawesi Tengah membenarkan ada seorang anak buah Santoso yang menyerahkan diri. “Tambah satu lagi hari ini yang turun gunung. Keterangan lengkap pada Senin akan kami sampaikan karena sekarang masih verifikasi dan penanganan awal,” kata Kepala Humas Polisi Daerah Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto kepada Tempo, Minggu malam, 7 Agustus 2016.
Jumri alias Tamar, anak buah Santoso lainnya, juga menyerahkan diri pada Jumat pekan lalu. Dengan menyerahnya Jumri dan Salman, anggota kelompok Santoso yang masih jadi buron kini tersisa 16 orang. Di antaranya, Ali Kalora dan Basri alias Bagong beserta istrinya, yang saat ini diperkirakan masih bersembunyi di wilayah hutan Poso.
Detasemen Khusus 88 Antiteror sebelumnya menangkap tiga terduga jaringan kelompok teroris pimpinan Santoso. Penangkapan ini dilakukan pada Kamis pagi, 4 Agustus 2016. Mereka adalah kurir Santoso, tapi tidak ada di DPO.
Ketiganya berinisial IA, JA, dan MA. JA ditangkap di rumahnya, Palu. Sedangkan MA, yang diketahui bernama lengkap Muhammad Asmaul, ditangkap di Bandara Mutiara Sis Al-Jufri, Palu.
AMAR BURASE