TEMPO.CO, Bangkalan - Aparat Kepolisian Resor Bangkalan, Jawa Timur, semakin gencar melakukan penggerebekan di Kampung Tapel dan Kampung Rabesen di Desa Parseh, Kabupaten Bangkalan. Kampung yang bisa ditempuh dengan kendaraan dengan waktu sekitar satu jam dari Kota Bangkalan itu sudah lama dikenal sebagai ‘Kampung Narkoba’.
Menurut Kepala Polres Bangkalan Ajun Komisaris Besar Anisullah M. Ridha, warga di dua kampung itu tidak hanya menjadi pengedar dan pengecer sabu. Warga juga menyediakan bilik untuk menikmati sabu atau bilik nyabu.
Anisullah menjelaskan, antara 2010 dan 2013, bilik nyabu berupa gubuk yang dibangun di tengah kebun salak. Namun, saat ini warga yang menjadi pengedar menyulap kamar di rumahnya menjadi bilik nyabu. "Tidak hanya kamar, dapur, kamar mandi, bahkan kandang ternak dijadikan bilik nyabu," katanya, Minggu, 7 Agustus 2016.
Anisullah mengatakan penyamaran kamar sebagai bilik nyabu terungkap saat aparat Reserse Narkoba Polres Bangkalan menggerebek pesta sabu di rumah seorang pengedar berinisial HL, 32 tahun, di Dusun Rabesen, akhir Juli lalu.
Dalam penggerebekan itu HL berhasil lolos. Polisi hanya menangkap empat orang yang sedang mengisap sabu, dua orang di antaranya di dapur dan dua lainnya di kamar mandi rumah milik HL. "Informasi yang kami dapat, kamar-kamar rumah warga di sana dijadikan bilik nyabu," ujar Anisullah.
Kepala Bagian Operasional Reserse Narkoba Polres Bangkalan Inspektur Dua Eko Siswanto, menjelaskan perubahan tempat nyabu itu menyulitkan polisi melakukan pengungkapan. Bilik nyabu menyatu dengan rumah. "Kalau di kebun pasti kami bongkar, kalau rumah mau dibongkar bagaimana?” ucapnya.
Menurut Eko, beralihnya tempat nyabu dari kebun ke rumah, menyulitkan polisi mengendus transaksi narkoba. Dia mencontohkan, ketika hendak menggerebek rumah HL, polisi harus menyiapkan penyamaran berhari-hari sebagai pembeli agar tidak dicurigai serta tidak salah sasaran.
Saat masuk ke pekarangan rumah HL, kata Eko, polisi beruntung karena yang menyambut adalah mertua perempuannya. Si mertua langsung menawarkan sabu dan bilik kepada polisi yang menyamar. Si mertua pun ditangkap, sedangkan HL sebagai menantu kabur saat melihat mertua ditangkap polisi.
Eko memaparkan, biasanya pengedar akan mengarahkan pembeli langsung masuk ke kamar rumahnya. Sesaat kemudian, 'tuan rumah' akan mengantarkan sabu yang dipesan lengkap dengan alat isap atau bong. "Sangat sulit membongkar praktek transaksi semacam ini," tuturnya.
Seorang warga Kampung Rabesen, Mohammad, mengatakan saat ini transaksi sabu banyak dilakukan mulai tengah malam sampai dinihari. "Sejak sering digrebek, transaksi banyak dilakukan menjelang subuh," ujarnya.
Mohammad menjelaskan, karena perubahan jam transaksi narkoba, toko-toko hingga penjual bensin di Kampung Rabesen juga ikut-ikutan buka hingga dinihari. "Karena lebih ramai yang beli."
MUSTHOFA BISRI