TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo dan Presiden Ukraina Petro Poroshenko menandatangani empat nota kesepahaman dalam pertemuan bilateral di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat, 5 Agustus 2016.
"Pertama, ditandatangani kesepakatan bebas visa untuk pemegang paspor diplomatik dan paspor dinas," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di kompleks Istana Kepresidenan.
Kesepakatan kedua, ucap Retno, adalah kerja sama di bidang diplomatik. Kerja sama itu meliputi pelatihan diplomatik untuk diplomat masing-masing negara dan pertukaran diplomat. Hal itu, kata Retno, dianggap mampu merekatkan hubungan kedua negara.
Kesepakatan ketiga adalah di bidang pertanian. Kerja sama itu meliputi penelitian, pertukaran ahli di bidang pertanian, kerja sama peternakan, karantina hewan ternak, pengembangan pangan, dan investasi pengolahan kakao di Indonesia.
Retno menuturkan, di bidang pertanian, Ukraina adalah salah satu mitra terbesar Indonesia untuk negara dari Eropa Timur. Sebagai gambaran, 60 persen komponen ekspor Ukraina ke Indonesia adalah gandum. "Sementara itu, Indonesia mengekspor minyak sawit ke Ukraina. Ada potensi untuk dikembangkan," katanya.
Kesepakatan yang terakhir, ucap Retno, adalah di bidang pertahanan. Ukraina berjanji akan melakukan kerja sama mulai peminjaman perangkat militer hingga pertukaran informasi di bidang pertahanan. "Ukraina juga menawarkan peminjaman pesawat Antonov 32 jika dibutuhkan untuk pemadaman kebakaran hutan. Tapi jangan sampai itu terjadi, karena kami berharap tak terjadi kebakaran hutan lagi," ujarnya.
Presiden Joko Widodo menambahkan, dia dan Poroshenko juga menjajaki penguatan kerja sama di bidang perdagangan dan investasi untuk mempermudah akses produk unggulan Indonesia ke Ukraina, seperti minyak kelapa, kertas, farmasi, dan alat kesehatan. "Dan juga kemungkinan kerja sama di bidang pembuatan turbin power plant," tutur Jokowi.
ISTMAN M.P.