TEMPO.CO, Bandung - Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vukanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Gede Suantika mengatakan, letusan abu Gunung Gamalama, Kamis, 4 Agustus 2016, merupakan sisa letusan yang terjadi sehari sebelumnya. “Itu rilis tekanan ke permukaan, jadi masih satu rangkaian (letusan) kemarin,” kata dia saat dihubungi Tempo, Kamis, 4 Agustus 2016.
Gede mengatakan, peralatan juga tidak merekam gempa-gempa vulkanik, yang menguatkan indikasi hembusan abu yang terjadi merupakan pelepasan energi sisa erupsi sehari sebelumnya. “Tidak ada gempa vulkanik terekam. Hanya tremor biasa, tremor hembusan. Kecil-kecil,” kata dia. Tremor itu getaran yang terekam peralatan seismik pemantau gunung api saat terjadinya hembusan abu dari kawah gunung itu.
PVMBG mencatat hembusan abu pertama Gunung Gamalama terjadi pukul 06.50 WIT dari kawah puncak bagian timur tersebar ke lereng timur. Pukul 07.48 WIT, hembusan abu masih berlanjut menyebar ditiup angin ke arah timur. Pengamatan terakhir antara pukul 17.56 WIT hingga 18.56 WIT, terpantau kepulan abu menyerupai kolom dengan ketinggian 300 meter hingga 350 meter dari puncak gunung itu, atau pada elevasi 2.100 meter dari permukaan laut tersebar ke arah timur.
Gede mengatakan, sebaran abu yang berasal dari kawah Gunung Gamalam pada hari ini dominan menuju arah timur, tengara-selatan. “Kalau bandara ada di arah timur laut agak ke utara. Abu itu tersebar ke bawah, ke lereng. Menuruni lereng saja,” kata dia.
Gede mengatakan, aktivitas seismik Gunung Gamalama tidak menunjukkan indikasi meningkat. “Status aktivitasnya masih Waspada (Level II),” kata dia.
Dia meminta masyarakat untuk mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan PVMBG agar tidak mendekati areal seputaran kawah Gunung Gamalama. “Rekomendasi kita agar tidak mendekati radius 1,5 kilometer dari puncak gunung itu,” kata Gede.
Gede mengatakan, situasi berbeda terjadi pada Gunung Rinjani di Lombok yang status aktivitasnya masih Normal, kini terpantau tidak lagi mengeluarkan kepulan asap abu. “Itu dari hasil visual seharian kemarin. Seismogram juga tidak ada gempa-gempa vulkanik dalam dan dangkal,” kata dia.
Sementara Gunung Bromo yang dipatok dalam status aktivitas Waspada (Level II) masih menghembuskan asap. “Bromo masih mengepulkan asap abu, tipis, dominan uap air. Statusnya masi Waspada,” kata Gede.
Sebelumnya, Gunung Gamalama meletus Rabu, 3 Agustus 2016, pukul 06.28 WITA dengan tipe letusan eksplosif lemah berupa hembusan abu berwarna putih dengan tinggi 500-600 meter tersebar ke arah Tenggara hingga Selatan. Sempat terdengar suara gemuruh tiga kali pukul 07.09 WIT, 07.12 WIT dan 07.13 WIT. “Hembusan abu mulai menurun pukul 06.55 WIT,” kata Gede.
Gede mengatakan, sebelum letusan itu, BMKG sempat mencatat gempa bumi tektonik berkekuatan 4,6 skala Richter berpusat 86 kilometer Barat Daya Halmahera Barat dengan kedalaman gempa 18 kilometer. “Selisihnya hanya sekitar setengah jam,” kata dia.
Menurut Gede, penyebab letusan itu diperkirakan dipicu oleh gempa bumi itu. Daerah seputaran Gunung Gamalama sendiri terhitung berada di lempeng yang aktif menghasilkan gempa bumi. “Aktivitas tektonik di sana aktif sekali. Di Gamalama, Halmahera, Ternate itu pulau-pulau sekitarnya itu banyak sekali gempa-gempa tektonik lokal yang skalanya kecil di bawah 4 atau 5 skala Richter, itu banyak bener. Sebulannya bisa sampai 30-an kali,” kata dia.
Gede mengatakan, aktivitas tektonik itu pada akhirnya memicu aktivitas Gunung Gamalama. Peralatan di pos pengamatan gunung itu sudah mencatat fluktuasi gempa vulkanik yang dihasilkan oleh aktivitas gunung api itu. “Tanggal 31 Agustus itu, fluktuasi gempa vulkaniknya sudah mulai banyak, kemudian tadi pagi terjadi gempa tektonik lagi, nah setengah jam kemudian langsung meletus,” kata dia.
Gede mengatakan, pasca letusan eksplosif lemah pagi itu aktivitas Gunung Gamalama kembali menurun. Rekaman seismik gunung api itu misalnya tidak menunjukkan peningkatan aktivitas kegempaan, bahkan cenderung kembali pada kondisinya sebelum terjadinya letusan itu. “Kita tadinya menunggu perkembangan apakah makin meningkat, ternyata menurun makin siang ini,” kata dia.
PVMBG kemudian memutuskan tidak menaikkan status aktivitas Gunung Gamalama. PVMG sejak tanggal 10 Maret 2015 menetapkan status aktivitas gunung api itu di Level II atau Waspada. “Letusan ini masih skala kecil, eksplosif lemah berupa hembusan abu,” kata Gede.
AHMAD FIKRI