TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Narkotika Nasional Budi Waseso alias Buwas menghadap Presiden Joko Widodo hari ini, Kamis, 4 Agustus 2016. Mereka membahas perkembangan pemberantasan perkara narkotik di Indonesia, termasuk cerita Freddy Budiman yang disampaikan koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Haris Azhar.
Tudingan Freddy itu menjadi bahasan utama pertemuan tersebut. "Presiden ingin perkara ini betul-betul ditindaklanjuti oleh BNN, Polri, ataupun TNI," ujar Budi saat dicegat awak media di kompleks Istana Kepresidenan, Kamis, 4 Agustus 2016.
Saat ini BNN tengah disorot karena tuduhan Freddy yang menyebutkan pejabat BNN dan TNI ikut melindungi operasi perlindungan dan penyelundupan narkotik oleh jaringannya. Perlindungan itu dari memasukkan barang dari luar negeri hingga proses distribusi dari satu daerah ke daerah lain.
Freddy Budiman sudah dieksekusi mati pada 29 Juli lalu. Sedangkan Haris dilaporkan oleh BNN bersama TNI ke Bareskrim Polri atas pencemaran nama baik karena menyebarkan cerita itu.
Budi melanjutkan, Presiden ingin tuduhan Freddy itu benar dibuktikan karena menyangkut lembaga-lembaga negara. Budi menyebutkan pihaknya sudah merencanakan beberapa hal untuk menggali keterangan, seperti memeriksa orang-orang yang diyakini mengetahui detail tuduhan Freddy.
Salah satu yang akan dimintai keterangan dalam waktu dekat adalah Sitinjak, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan. Haris juga segera ditemui. "Karena sibuk, saya belum bisa bertemu dengan Haris. Saya akan sangat mengapresiasi ketika Pak Haris mau menyebutkan nama. Itu akan memudahkan penelusuran kami," ujarnya.
Budi mengatakan pesan Presiden berikutnya adalah tidak pilih kasih dan tidak ragu dalam menelusuri kebenaran tuduhan Freddy. Apalagi, kata Budi, jika benar ada keterlibatan perwira-perwira senior di situ. "Itu masukan Presiden Joko Widodo tadi. Saya bilang ‘siap’ ke beliau," ujarnya.
ISTMAN MP