TEMPO.CO, Makassar - Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Andi As'adul Islam, meminta kontroversi terapi medis pengobatan stroke yang dilakukan oleh dokter Terawan Agus Putranto dihentikan. Menurut dia, metode pengobatan 'cuci otak' itu telah melalui penelitian secara ilmiah.
"Ini bukti bahwa pengetahuan terus berkembang sepanjang ada yang telaten untuk menelitinya," kata As'adul seusai memimpin sidang promosi doktor Terawan di Universitas Hasanuddin, Makassar, Kamis, 4 Agustus 2016.
Terawan mengambil program doktor di Unhas sejak tiga tahun lalu. Kepala Rumah Sakit Kepresidenan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat itu meraih gelar doktor dengan disertasi berjudul "Efek Intra Arterial Heparin Flushing Terhadap Regional Cerebral Blood Flow, Motor Evoked Potentials, dan Fungsi Motorik pada Pasien dengan Stroke Iskemik Kronis".
As'adul mengatakan pihaknya mendapat banyak pertanyaan dan kritikan dari berbagai kalangan karena menerima Terawan mengambil program doktor di Unhas. Menurut dia, Unhas adalah lembaga pendidikan yang sangat terbuka bagi siapa saja yang hendak melakukan penelitian. "Saya katakan bahwa kontroversi soal ini tidak akan selesai bila tidak ada tindak lanjut secara ilmiah," ujar As'dul.
Menurut dia, metode pengobatan medis yang dilakukan Terawan tidak boleh dihalangi atau malah ditutup sama sekali. As'adul berpendapat, dengan berhasilnya penelitian ini berarti menjawab seluruh polemik yang terjadi sejak 2008 lalu.
"Unhas bangga telah memberi kesempatan kepada Terawan untuk menjelaskan secara ilmiah hasil temuannya," kata dia.
Promotor Terawan, Irawan Yusuf mengatakan perdebatan ihwal terapi stroke itu selama ini kadang tidak dilandasi dengan alasan secara ilmiah. Itu sebabnya, kata dia, saat Terawan mendatanginya untuk berdiskusi dan menyatakan keiinginannya untuk melakukan penelitian, langsung disetujui. "Saya minta kepada dia untuk membuktikan temuannya," jelas Irawan.
Terawan mengatakan tindakan Intra Arterial Heparin Flushing (IAHF) merupakan modifikasi dari penggunaan teknik pencitraan dengan Digital Substraction Angiography (DSA) yang dilanjutkan dengan flushing heparin dengan panduan kateter. "Cairan heparin itulah yang digunakan untuk melakukan terapi pada otak. Faktanya hanya berselang 4 sampai lima jam penderita stroke sudah bisa merasakan hasilnya," kata Terawan.
Wakil ketua dokter kepresidenan itu mengatakan tidak pernah merespons semua kontroversi yang ditujukan kepada dirinya. Dia mengatakan, terus melakukan penelitian untuk membuktikan bahwa terapi itu tidak berdampak negatif. "Saya juga bersyukur dengan kontroversi ini karena menjadi pendorong buat saya untuk melakukan tindakan ilmiah," kata Terawan.
Terawan mengatakan selama ini telah melatih sekitar 60 dokter seluruh Indonesia untuk turut mendalami metode pengobata ini. Dia berharap akan banyak rumah sakit yang menyiapkan fasilitas medis sehingga penderita stroke bisa disembuhkan.
ABDUL RAHMAN