INFO MPR - Wakil Ketua MPR Oesman Sapta menyayangkan Indonesia masih mengimpor listrik dari Malaysia. Akan tetapi, kebutuhan listrik masyarakat Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat (Kalbar) juga patut menjadi perhatian.
"Secara moral kita malu membeli listrik dari Malaysia. Tapi secara ekonomis rakyat di perbatasan tidak boleh disalahkan. Mereka merasa beruntung mendapatkan listrik walau tidak peduli darimana asalnya," kata Oesman.
Oesman mengunjungi Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) PLN di Bengkayang, Kamis 4 Agustus 2016. Selama tiga hari, hingga Sabtu 6 Agustus 2016, Oesman mengadakan kunjungan kerja ke Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kubu Raya. Kedatangannya disambut Wakil Bupati Aguatinus Naon.
Penanggung jawab GITET Bengkayang Sudarto, Kabupaten Bengkayang mendapat pasokan listrik dari Gardu Induk Mambong, Serawak, Malaysia sebanyak 100 - 120 megawatt. Aktifitas ini sudah berlangsung selama lima tahun. PLN membeli listrik dari Malaysia sebesar Rp 1000/Kwh kemudian menjual ke konsumen sebesar Rp 1750.
Oesman mengatakan, jika pengadaan listrik di Bengkayang dibiarkan seperti ini terus, Indonesia akan selalu bergantung pada negara lain. Untuk itu, pemerintah harus segera membangun pembangkit listrik di Kalbar.
"Inilah tugas pemerintah untuk membangun pembangkit listrik di Kalbar. Kalau misalnya terjadi sesuatu, mereka tinggal menghentikan pasokan listrik. Ini tidak boleh terjadi," ujarnya.
Dan jika Malaysia bisa menjual listrik dengan harga murah. PLN juga bisa mendapat keuntungan. Inisiatif pemerintah membangun PLTU di Pasir Panjang sebesar 2 x 50 megawatt diharapkan membantu rakyat.
Naon mengatakan Kabupaten Bengkayang membeli listrik dari Malaysia untuk kegiatan masyarakat sehari-hari dan mengembangkan industry. Kabupaten Bengkayang menunggu pemanfaatan PLTU Pasir Panjang yang baru diresmikan tahun depan. "Harga listrik akan dihitung dan pasti di bawah Rp 1750," kata Naon. (*)