TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia Kementerian Luar Negeri Muhammad Iqbal mempertemukan keluarga awak kapal Charles 001 dengan sejumlah mantan sandera milisi Abu Sayyaf. Menurut Iqbal, upaya itu diharapkan bisa membantu keluarga sandera memahami situasi yang sedang berlangsung.
"Ada (yang bernama) Mahmud, yang dulu disandera. Dia dulu membantu komunikasi pemerintah dengan penyandera dari dalam," ujar Iqbal di kompleks Kementerian Luar Negeri, Pejambon, Jakarta, Senin, 1 Agustus 2016. Mahmud adalah salah satu awak kapal tarik Brahma 12, yang disandera di Filipina selatan, pada Maret 2016.
Mahmud dan para sandera lain bisa dibebaskan pada akhir April lalu setelah dilakukan proses negosiasi. Pengalaman Mahmud, menurut Iqbal, bisa menjadi informasi bagi keluarga awak kapal Charles 001 terkait dengan atmosfer yang dirasakan para sandera WNI. "Kita butuh orang di dalam yang lebih mengetahui situasi," tuturnya.
Kementerian pun membawa Yola, istri salah satu mantan sandera bernama Alfian. Situasi yang dialami Yola saat suaminya disandera persis dengan pengalaman Dian Megawati Ahmad, istri awak kapal Charles bernama Ismail, yang kini disandera.
Dian datang bersama empat orang lain dari Samarinda sebagai perwakilan keluarga sandera kapal Charles. Mereka tiba di Kementerian Luar Negeri, Senin pagi, ditemani sejumlah anggota Komisi Pertahanan DPR. "Pada prinsipnya, 'goal' kita semua sama, yaitu semua sandera pulang dengan selamat," ujar anggota Komisi Pertahanan, Irine Yosiana Roba Putri.
Irine menyebutkan DPR akan mendukung upaya pemerintah menyelamatkan sandera. Dia meminta pemerintah tak lalai menjaga kondisi psikologi keluarga sandera. DPR akan memastikan alur komunikasi antara pemerintah, perusahaan pemilik kapal Charles, dan keluarga sandera berjalan baik. "Ini untuk meringankan beban keluarga korban sandera."
YOHANES PASKALIS
BACA:
Kader Tak Setuju, Ahok Tetap dalam Pantauan Radar PDIP
Ahok: Tiap Calon Gubernur Bakal Bongkar Borok Lawannya