TEMPO.CO, Medan - Kepolisian Resor Tanjungbalai, Sumatera Utara, menetapkan 12 tersangka kerusuhan berlatar belakang agama yang terjadi pada Jumat malam pekan lalu. Sebelumnya, Polres Tanjungbalai hanya menetapkan tujuh remaja sebagai tersangka pencurian atau penjarahan barang-barang di klenteng dan vihara yang dirusak dan dibakar massa.
Berdasarkan perkembangan proses penegakan hukum oleh penyidik Satuan Reserse Kriminal Polres Tanjungbalai, 39 saksi dimintai keterangan. "Setelah saksi-saksi diperiksa, penyidik menetapkan 12 tersangka, yang terdiri atas 8 orang, terkait dengan kasus penjarahan dan 4 orang terkait dengan kasus perusakan," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Sumatera Utara Komisaris Besar Rina Sari Ginting, Senin, 1 Agustus 2016.
Kedelapan remaja itu adalah:
1. Muhammad Aldi Rizki, 16 tahun, siswa SMK 6 Tanjungbalai.
2. Andika, 21 tahun, wiraswasta, penduduk Jalan Juanda No. 59.
Baca Juga:
3. M. Iqba Lubis, 17 tahun, wiraswasta, penduduk Jalan Juanda, Tanjungbalai.
4. Aldi Al Arif Munthe, 18 tahun, wiraswasta, alamat Sei Dua, RM H. Delen.
5. Fikri Firman, 16 tahun, pelajar SMP 10, penduduk Jalan Rambutan Nomor 4.
6. Azri Purwasari, 18 tahun, pelajar Sekolah Paket Sakina Husada, penduduk Jalan Pepaya No. 10A.
7. Muhammad Rasid Manurung, 17 tahun, pelajar Sekolah Paket Sakina Husada, penduduk Jalan Rambutan.
8. Muhammad Faizal 21 tahun, penduduk, Jalan Sydirman KM 1 ,Tanjungbalai Selatan.
Adapun pelaku perusakan vihara dan klenteng yang ditahan polisi adalah:
1. Muhammad Hidayat, 19 tahun, penduduk Jalan MT Haryono, Lingkungan V, Kecamatan Datuk Bandar Timur.
2. Herman Ramadhan alias Ade Wili Ferdinan, 27 tahun, penduduk Pasar Baru Lingkungan IV, Kelurahan Pasar Baru, Kecamatan Sei Tualang Raso.
3. Zulkifli Panjaitan, pelajar, penduduk Jalan MT Haryono Lingkungan II.
4. Abdul Rizal alias Aseng, 27 tahun, Alamat Perumahan PNS Pasar Baru, Kecamatan Sei Tualang Raso.
Hingga Senin ini, keamanan di Kota Tanjungbalai terkendali. Garis batas polisi atau police line pada 15 TKP perusakan telah dibuka.
Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi terus berkoordinasi dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FKPD) untuk memantau situasi Tanjungbalai. "Kami terus koordinasikan situasi keamanan Tanjungbalai," tuturnya, Senin ini.
Dalam rapat kemarin di rumah dinas Wali Kota Tanjungbalai, Erry mengimbau etnis Tionghoa membaur. Ada delapan etnis lokal di Sumatera Utara, enam di antaranya Puak Batak, yaitu Batak Toba, Simalungun, Pakpak, Karo, Angkola, dan Mandailing, serta etnis Melayu dan Nias. Sedangkan etnis Nusantara di antaranya Jawa, Minang, Aceh, Sunda, Bugis, dan Banjar. Untuk etnis mancanegara, kata Erry, terdapat etnis Arab, Tionghoa, India, dan lainnya.
"Bahkan populasi etnis Jawa mencapai 35 persen di Sumatera Utara. Tapi selama ini kita dapat hidup berdampingan secara harmonis dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Walau berbeda, tapi tetap satu,” katanya.
Erry mengimbau etnis Tionghoa di Sumatera Utara berbaur dengan kehidupan sosial dan tidak mengedepankan eksklusivisme dalam bermasyarakat. “Ini juga perlu mendapat perhatian saudara kita dari etnis Tionghoa. Eksklusivisme dapat menimbulkan kecemburuan sosial di tengah masyarakat. Untuk itu, perlu pembauran dalam sosial kemasyarakatan,” ucapnya.
SAHAT SIMATUPANG