TEMPO.CO, Kediri – Aparat Kepolisian Resor Kota Kediri dikerahkan untuk mengawal peribadatan di klenteng dan vihara setempat. Hal ini merupakan bentuk antisipasi kerusuhan di Kota Tanjung Balai Sumatera Utara yang bernuansa SARA.
Jajaran Kepolisian Resor Kota Kediri bergerak cepat melakukan pengamanan di Klenteng Tridarma Tjoe Hwie Kiong, di Jalan Yos Sudarso. Sejumlah aparat bersenjata tampak berjaga-jaga di beberapa titik, baik di dalam maupun di luar klenteng. “Agar peribadatan di sini nyaman,” kata Kapolresta Kediri Ajun Komisaris Besar Wibowo, Minggu, 30 Juli 2016.
Klenteng Tjoe Hwie Kiong, yang berada di kawasan aliran Sungai Brantas, memiliki cukup banyak jemaat. Mayoritas jemaat, yang merupakan warga Tiong Hoa dari Kediri, kerap berkunjung ke tempat ini untuk berdoa. Selain menjadi tempat peribadatan, jemaat klenteng ini tak jarang melakukan kegiatan sosial dan kesenian dengan melibatkan masyarakat sekitarnya. Berbagai pertunjukan kesenian Cina, seperti barongsai dan wayang Potehi, selalu menyedot perhatian warga. Tak hanya itu, pada hari besar keagamaan, jemaat Klenteng Tjoe Hwie Kiong membagikan sembako kepada masyarakat miskin tanpa membedakan suku dan agama. “Kami tidak mau toleransi yang sudah tinggi ini terprovokasi,” kata Wibowo, menjelaskan pengamanan yang dilakukan.
Selain Klenteng Tjoe Hwie Kiong, aparat kepolisian mengamankan Vihara Jayasaccako di Jalan Vihara Jayasaccako, Kelurahan Semampir, Kediri. Pengamanan tempat ibadah itu melibatkan personel TNI dari Kodim 0809 Kediri.
Komunikasi dengan para tokoh agama dan kepercayaan yang tergabung dalam Paguyuban Antar-Umat Beragama, yang melibatkan tokoh Konghucu dan Buddha, juga dilakukan pasca-kerusuhan di Tanjung Balai terjadi.
HARI TRI WASONO