TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Sekolah SMP-SMA Pribadi Bilingual Boarding Shcool Bandung Ahmad Fauzi menyesalkan tuduhan yang dilansir Kedutaan Besar Turki yang mengaitkan sekolahnya dengan organisasi teroris. “Sekolah mana yang mau dicap teroris? Apalagi kami mengajarkan toleransi, nasionalisme, dan yang paling utama adalah adab dan moral pada siswa kita, tanggungjawab pada orang tua, pada teman,” kata dia di ruang kerjanya di Bandung, Jumat, 29 Juli 2016.
Fauzi mengatakan, hingga saat ini belum ada pemberitahuan langsung soal tuduhan itu, hingga permintaan menutup sekolah itu dari Kementerian Pendidikan hingga Dinas Pendidikan. “Tidak ada surat ke sini, tidak ada surat dari Dinas Pendidikan. Mereka sampai sekarang, sepengetahuan saya tidak mengirim permintaan resmi ke pemerintah Indonesia. Nggak ada dasar menuduh kami bagian dari kelompok teroris.”
Menurut Fauzi, kemungkinan sekolahnya mendapat tuduhan itu karena Yayasan Pribadi Bandung, yayasan yang menaungi sekolahnya, pernah bekerjasama dengan Yayasan Pasaid. Sekolah Pribadi Bandung termasuk sembilan sekolah di Indonesia yang diminta pemerintah Turki untuk ditutup. Sekolah-sekolah itu dituduh berkaitan dengan organisasi teroris yang merancang kudeta di Turki. Ia mempertanyakan tuduhan itu. Menurut dia, sekolah-sekolah itu bekerjasama dengan Yayasan Pasaid.
Menurut Fauzi, baru lima tahun setelah Sekolah Pribadi pertama berdiri di Depok, sekolahnya resmi bekerjasama dengan Yayasan Pasaid. Sekolah Pribadi pertama di Depok, didirikan tahun 1995 oleh Aip Syarifuddin, Ketua Organda DKI Jakarta kala itu, yang tertarik dengan ide pendirian sekolah setelah bertemu sejumlah warga Turki. “Di daftar itu juga pertama. Memang itu yang pertama, berdiri tahun 1995 di bawah Yayasan Yenbu Indonesia,” kata dia.
Yayasan Yenbu Indonesia itu mendirikan sekolah serupa di Bandung, Sekolah Pribadi Bandung pada 2002. Pada 2010, pemilik sekolah Pribadi Bandung akhirnya memisahkan diri dan resmi mendirikan Yayasan Pribadi Bandung.
Pantauan Tempo, aktivitas sekolah masih berlangsung biasa. Gedung dua lantai di bagian paling depan kompleks sekolah yang berada di Jalan PHH Moestopa Kota Bandung itu masih ramai oleh siswa yang lalu-lalang jelang jam istirahat tengah hari. Sejumlah siswa laki-laki di bagian Lantai Dua gedung itu misalnya terlihat bergerombol mengerubungi papan pengumuman di depan kelasnya. Selebihnya bersiap untuk makan siang bersama di Aula paling besar di gedung itu.
Pemerintah Turki lewat Kedutaan Besar Turki di Indonesia dalam situs resminya meminta sekolah-sekolah di Indonesia yang dianggap berkaitan dengan organisasi yang mereka sebut teroris, agar ditutup. Permintaan ini mereka lakukan juga di negara lain.
Pemerintah Turki saat ini sedang melakukan upaya-upaya untuk menghukum sebagian orang yang terlibat kudeta. Pemerintah menuding Fethullah Gulen melalui organisasi yang disebutkan pemerintah Turki bernama Fethullah Terrorist Organisation (Feto), sebagai aktor intelektual kudeta itu. Gulen yang tengah berada di Amerika Serikat sudah membantahnya.
Negara-negara yang turut diminta agar menutup sekolah, antara lain Yordania, Azerbaijan, Somalia, dan Nigeria. Nama-nama sekolah yang disebut dalam pernyataan Kedutaan Besar Turki ada pada website resmi mereka, www.jakarta.emb.mfa.gov.tr pada Kamis, 28 Juli 2016.
AHMAD FIKRI