TEMPO.CO, Makassar - Kepala Sub-Direktur Penegakan Hukum Direktorat Kepolisian Perairan Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan Ajun Komisaris Besar Aidin Makadomo menyatakan polisi belum menetapkan tersangka dalam dugaan penyeludupan 32 tenaga kerja indonesia (TKI) dari Sulawesi Selatan. Empat orang yang ditangkap saat ini masih berstatus saksi. "Keempat orang itu baru diketahui hanya bertugas sebagai sopir mobil yang ditumpangi calon TKI," kata Aidin, Kamis pagi, 28 Juli 2016.
Keempat orang yang masih menjalani pemeriksaan intensif itu adalah Agus Setiawan, 18 tahun, Basir (34), Edi (30), dan sopir pembantu Rahmat (18). "Mereka hanya bertugas mengantar orang-orang itu ke Kalimantan," ujar Aidin.
Pada Selasa sore, 26 Juli 2016, polisi menggagalkan penyelundupan 32 calon tenaga kerja yang akan dikirim ke Malaysia. Mereka ditangkap saat naik di atas kapal feri di Pelabuhan Garongkong, Kabupaten Barru.
Dalam operasi itu, polisi menyita tiga unit mobil dan sejumlah uang ringgit. Menurut Aidin, calon TKI itu tidak dibekali dengan surat-surat resmi, seperti paspor dan surat keterangan dari perusahaan penyalur jasa tenaga kerja.
Aidin menjelaskan, para calon TKI itu berasal dari beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, yakni Bulukumba, Bantaeng, Gowa, dan Soppeng. Menurut dia, mereka dikumpulkan dan dijemput langsung oleh mobil dengan nomor wilayah Kalimantan Barat.
Rencananya, para TKI ini akan dibawa ke Malaysia untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan buruh di lahan kelapa sawit.
Pengusutan perkara itu, ujar Aidin, telah dilakukan sejak sebulan terakhir. Dia mengatakan polisi mendapat laporan di pelabuhan Garongkong sering dijadikan tempat pengiriman tenaga kerja ke Malaysia secara ilegal.
Salah seorang sopir, Agus Setiawan, mengatakan mobil yang dikemudikan itu adalah milik pamannya yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat. Dia mengatakan tidak tahu-menahu bila calon TKI yang diangkutnya ternyata ilegal. "Saya hanya antar mereka dan sifatnya menyewa mobil itu," katanya.
Menurut Agus, mobil berpelat KB 667 QA yang dikemudikan itu sudah lama berada di Bulukumba, kampung halamannya. Rencananya, mobil itu akan dikembalikan ke Pontianak. "Jadi mereka ini ikut dengan saya karena kebetulan juga mau balik," ujar Agus, yang mengatakan lahir dan besar di Pontianak.
ABDUL RAHMAN