TEMPO.CO, Klaten - Sebanyak enam orang yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri, Sabtu pekan lalu, diduga berkaitan dengan kasus persembunyian Nur Rohman. Hingga kini, mereka masih berstatus sebagai saksi. “Mereka masih diperiksa di Solo (Markas Kepolisian Resor Kota Surakarta),” kata Kepala Kepolisian Resor Klaten, Ajun Komisaris Besar Faizal, pada Selasa siang (26/7).
Namun, Faizal mengaku belum bisa menjelaskan identitas keenam orang itu. Menurut dia, enam orang itu dari Kecamatan Tulung dan dari luar Kecamatan Tulung. “Rekan-rekan Densus belum memberikan penjelasan,” kata Faizal.
Senin (25/7) malam, ada tiga saksi lagi diperiksa di Markas Kepolisian Sektor Tulung. Menurut Faizal, tiga saksi itu tidak memiliki peranan strategis, karena pemeriksaannya di tingkat Polsek. “Sampai sekarang Densus belum memberi kepastian statusnya. Karena masih pemeriksaan. Semuanya masih saksi,” ujarnya.
Seperti diketahui, Sabtu pekan lalu Densus 88 menangkap sejumlah warga Kecamatan Tulung, Klaten. Mereka, diduga berkaitan dengan tempat persembunyian terakhir Nur Rohman, lelaki 30 tahun asal Kelurahan Sangkrah, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta, yang juga pelaku bom bunuh diri di halaman Mapolresta Surakarta, 5 Juli lalu.
Informasi yang dihimpun Tempo, tiga orang yang ditangkap di antaranya warga Desa Sorogaten, Kecamatan Tulung. Mereka adalah WN, 40 tahun, ZB, 38 tahun, dan AS, 40 tahun. WN dan ZB, pasangan suami istri pemilik kandang ayam di Desa Gedong Jetis, Kecamatan Tulung.
Di kandang itu, Nur Rohman, yang saat itu berstatus buron aksi teror, sempat bekerja selama 4 - 5 bulan. Ada pun AS diketahui sebagai kakak kandung Nur Rohman. Selain WN, ZB, dan AS, Densus juga dikabarkan menangkap CBS, 33 tahun, warga Kecamatan Polanharjo.
Menurut keterangan sejumlah warga Dusun Ngalang-Alang, Desa Sorogaten, saat ditemui Tempo, Ahad lalu, ZB sudah pulang sejak Sabtu sore. “Bu ZB itu punya empat anak, masih kecil-kecil,” kata Wito, 65 tahun, tetangga ZB.
Menanggapi informasi itu, kata Faizal, “Mungkin dari hasil pemeriksaan Densus, dia tidak terlibat. Di samping itu kan ada bayinya.” Setelah Densus melakukan penangkapan Sabtu pekan lalu, Faizal memerintahkan anggotanya mengantar salah saksi membawa bayinya. “Bayinya belum mendapatkan ASI. Anggota mengantar saksi itu menggunakan mobil,” kata Faizal.
Ihwal barang bukti yang dikumpulkan dari hasil penggeledahan kandang ayam milik WN dan ZB, Sabtu pekan lalu dan Selasa pagi, Densus masih melakukan pemeriksaan dan pemilahan. “Barang itu milik Nur Rohman atau para saksi,” kata Faizal.
Disinggung kemungkinan WN dan ZB tidak tahu status buron Nur Rohman, Faizal mengatakan, masih dalam pemeriksaan Densus. “Kalau tahu Nur Rohman itu buron, mereka bisa dinyatakan turut serta menyembunyikan,” kata Faizal.
Sejumlah warga Dukuh Menggung, Desa Gedong Jetis, mengatakan Nur Rohman dikenal bernama Bayu. “Tidak ada yang aneh pada orang itu. Selama masih bekerja di kandang, dia juga selalu bertegur sapa dengan warga. Dia tidak bekerja di kandang sejak Ramadan lalu,” kata Susilo, warga Dukuh Menggung. DINDA LEO LISTY