TEMPO.CO, Makassar - Keluarga anak buah kapal TB Charles di Sulawesi Selatan meminta Presiden Joko Widodo meningkatkan upaya proses pembebasan para sandera yang ditahan kelompok militan Abu Sayyaf.
"Kami ingin dapat kepastian dan jaminan dari pemerintah untuk membebaskan keluarga kami dalam kondisi selamat," kata Nirwana, 50 tahun, kepada Tempo, Sabtu, 23 Juli 2016.
Nirwana merupakan bibi Muhammad Mabrur Dahri, 27 tahun, satu dari tiga warga Sulawesi Selatan yang disandera saat kapal tempatnya bekerja melewati perairan Filipina pada akhir Juni lalu. Dua warga Sulawesi Selatan lain yang menjadi korban adalah Ismail Tiro, 34 tahun, asal Kabupaten Maros, dan Muhammad Sofyan asal Takalar.
Menurut Nirwana, pemerintah menjadi tumpuan terakhir keluarga untuk membebaskan para sandera. Dia mengatakan menghargai kerja keras semua pihak yang telah berusaha menyelamatkan keluarga mereka.
Hanya, Nirwana mengaku merasa kecewa karena perwakilan pemerintah dan manajemen PT Rusianto Bersaudara, selaku pemilik kapan TB Charles, tidak pernah melakukan komunikasi sejak penyanderaan itu terjadi.
"Sudah sebulan setelah penyanderaan tidak ada informasi yang kami langsung terima. Kami hanya mengikuti perkembangan melalui televisi dan surat kabar," tuturnya.
Mabrur adalah warga Parepare yang baru tujuh bulan bekerja di kapal TB Charles. Dia adalah anak yatim-piatu. Sejak kecil, kata Nirwana, bungsu dari tiga bersaudara itu ia rawat.
Mabrur resmi bekerja dan berlayar di TB Charles sejak November tahun lalu, selepas tamat kuliah di Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar. Di kapal pengangkut batu bara itu, Mabrur langsung dipercaya sebagai kepala kamar mesin.
"Kami terus cemas memikirkan nasib dan kondisi mereka," ucap Nirwana.
Sedangkan kakak kandung Ismail, Muhammad Yahya Tiro, menilai pemerintah terkesan kurang responsif terhadap pihak keluarga. Menurut dia, perwakilan pemerintah sama sekali tidak pernah melakukan kontak dengan pihak keluarga untuk mengabarkan upaya dan proses pembebasan.
"Kami bertanya-tanya terus. Jangan-jangan pemerintah juga bingung atas kondisi ini," katanya.
Yahya mengatakan pihak keluarga hanya butuh simpati dan dukungan moral dari pemerintah. Setidaknya, kata dia, perkembangan upaya pembebasan juga bisa diketahui keluarga di Sulawesi Selatan.
"Apalagi penyanderaan terus berlangsung. Ini sangat mengkhawatirkan bagi kami," ujarnya.
ABDUL RAHMAN