TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebelas lokomotif dengan teknologi baru berbasis sistem operasional komputer dirakit di Balai Yasa Yogyakarta. Lokomotif baru itu melengkapi 50 lokomotif yang sudah direncanakan sejak 2015.
“Semua kontrol atau kendali pengoperasian lokomotif sudah terpusat pada sistem yang computerized,” ujar Entang Sutisna, Manager Quality Control Balai Yasa, Yogyakarta, Jumat, 22 Juli 2016.
Entang mengatakan perakitan lokomotif dan perangkat roda penggerak (bogie) dilakukan di tempat yang berbeda. Roda penggerak dirakit di PT Inka, Madiun. "Kami merakit sesuai dengan teknis dari GE (General Electric)," katanya. Dalam satu hari, Balai Yasa bisa merakit tiga rangkaian lokomotif.
Lokomotif buatan Amerika Serikat ini didatangkan secara bertahap. “Masih ada tiga lokomotif yang belum tiba,” ujar Entang. Lokomotif itu disalurkan untuk Pulau Jawa sebanyak 11 lokomotif dan sisanya, 39, untuk kebutuhan di Sumatera.
Kekuatan mesin disel elektrik lokomotif itu sebesar 2.250 tenaga kuda. Jika dipacu dengan kekuatan penuh, kereta api bisa melaju lebih dari 100 kilometer per jam, bahkan hingga 150 kilometer per jam. Tapi kekuatan rel dibatasi hanya untuk kecepatan 100 kilometer per jam. "Berat beban yang bisa ditarik bisa lebih dari 1.000 ton," tuturnya.
Entang menjelaskan, kelebihan lokomotif ini, jika ada kerusakan sedikit saja, bisa termonitor di layar kendali. “Termasuk kontrol angin untuk rem di semua gerbong,” ujarnya. Pengereman sangat mempengaruhi sistem lokomotif.
Setelah selesai perakitan, pengujian taktis, dan pengujian dinamis, pengoperasian lokomotif baru itu diajukan ke Kementerian Perhubungan. “Untuk uji kelaikan dan sertifikasi sebelum pengoperasian,” tuturnya.
MUH SYAIFULLAH