TEMPO.CO, Kupang - Sedikitnya 169 imigran gelap yang ditampung di Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), mogok makan sejak Selasa, 19 Juli 2016. Akibatnya, sebelas imigran asal Afganistan harus dirawat di Rumah Sakit Santo Carolus Boromeus, Kupang.
Kepala Rudenim Kupang Efendi Saragih mengatakan para imigran ini mogok makan untuk menuntut International Organization for Migration (IOM) mengurus nasib mereka. "Mereka menuntut segera dipindah ke negara yang memberi suaka politik," ucapnya, Rabu, 20 Juli 2016.
Para imigran itu memprotes IOM yang belum mengirim mereka ke negara ketiga untuk mencari suaka politik. Apalagi mereka sudah ditampung selama dua tahun di Rudenim Kupang.
Kondisi tubuh para imigran itu lemah. Bahkan ada yang dalam keadaan kritis. Mereka yang lemah dan kritis dibawa ke ruang instalasi gawat darurat. Mereka diberi cairan infus guna memulihkan kondisinya. Hingga saat ini, perawatan terhadap mereka masih terus dilakukan.
Efendi mengaku telah berkoordinasi dengan IOM untuk segera menyelesaikan persoalan para imigran. "Kami sudah berkoordinasi dengan IOM."
YOHANES SEO