TEMPO.CO, Kota Bartu - Dinas Pendidikan Kota Batu, Jawa Timur, menghentikan kegiatan masa orientasi siswa (MOS) yang diselenggarakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Wiyata Husada.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kota Batu, Mistin, penghentian dilakukan karena sekolah swasta itu tidak mematuhi jadwal pelaksanaan MOS serentak yang ditetapkan Dinas Pendidikan.
Mistin menjelaskan, secara resmi MOS seharusnya baru dimulai pada hari ini, Senin, 18 Juli 2016, atau bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah. Nama MOS pun sudah berganti menjadi masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS), sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 Tahun 2016.
Mistin mengatakan, pelaksaan MOS oleh SMK Wiyata Husada sudah berlangsung sejak Selasa, 12 Juli. Selain itu, panitia MOS diduga mengadakan kegiatan fisik yang berlebihan sehingga diresahkan dan diprotes para orangtua murid. Apalagi, MOS justru dilakukan siswa senior, bukan oleh para guru.
Mistin menjelaskan, sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, MOS harus dilakukan oleh guru sebagai penanggung jawab kegiatan. “Kami sudah sosialisasikan hal ini berkali-kali ke semua sekolah,” kata Mistin, Senin, 18 Juli 2016, seraya menambahkan bahwa kegiatan PLS dilaksanakan maksimal selama tiga hari pada hari dan jam sekolah.
Mistin mengatakan segera memanggil pihak sekolah untuk diminta klarifikasi dan pertanggungjawaban. Dia berjanji takkan memberi toleransi apabila ada pelanggaran selama berlangsungnya MOS. Pelaksanaan MOS harus diganti menjadi PLS dan pelaksanaanya mengikuti jadwal resmi.
Berdasarkan laporan yang diterima Dinas Pendidikan, pelaksanaan MOS dilakukan di dalam asrama berfasilitas tidak layak. Seluruh siswa baru peserta MOS disuruh menginap di sana. Perlakuan keras plus kegiatan fisik yang menguras tenaga membuat banyak peserta MOS tak tahan dan meminta orangtua mereka untuk menjemput mereka pulang ke rumah.
Wakil Kepala SMK Wiyata Husada Bidang Kesiswaan Yusuf Khusaeri menyatakan MOS yang dilakukan sebenarnya berupa PLS yang dilakukan pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Panitia PLS sudah dibekali pengetahuan seputar PLS, seperti diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Namun begitu, ia mengaku merasa kecolongan karena pelaksanaan PLS di SMK Wiyata Husada mendahului jadwal resmi pelaksanaan PLS serentak. Pihak sekolah juga terkejut karena ada kegiatan fisik hingga dipersoalkan wali murid. Itu sebabnya PLS dihentikan sejak Jumat, 16 Juli 2016. “PLS kami hentikan untuk ditata lagi sesuai aturan dan jadwal yang ada. Tapi dapat kami pastikan itu bukan perploncoan, cuma karena ada beberapa panitia yang berlebihan,” ujar Khusaeri.
Khusaeri menduga, ada pemahaman berbeda sebagian siswa senior atas pelaksanaan PLS sehingga mereka mengedepankan egoisme senioritas saat memperlakukan adik kelas meski bertujuan untuk mengetahui mental dan karakter siswa baru. Tes mental dan karakter ini diperlukan mengingat tugas berat yang nantinya mereka emban, seperti menjadi kepala perawat atau kepala bidan.
ABDI PURMONO