TEMPO.CO, Kupang - Warga Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, menggelar gerakan Rp 1.000 untuk membantu tiga warga setempat yang menjadi korban penyanderaan di Sabah, Malaysia, dan hingga kini belum diketahui nasibnya.
"Kami sedang menggalakkan gerakan Rp 1.000 bagi korban dan keluarganya," kata Kanis Soge, Ketua Gertak Flores Timur, kepada Tempo, Senin, 18 Juli 2016.
Dari hasil gerakan Rp 1.000 (Geser) ini, dia mengatakan, panitia telah mengumpulkan uang sebanyak Rp 6 juta lebih, yang berasal dari partisipasi masyarakat. Kegiatan ini sudah berlangsung selama dua hari hingga hari ini. Pada hari pertama, dana yang berhasil terkumpul sekitar Rp 4,7 juta dan hari ini sekitar Rp 1,3 juta.
Uang yang terkumpul ini, kata Kanis, akan digunakan untuk membayar tebusan atau memulangkan tiga warga Flores Timur yang menjadi korban penyanderaan. Opsi lainnya, dana yang terkumpul bisa diberikan kepada keluarga korban untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak.
Dia mengatakan, akibat penyanderaan itu, anak Thedorus Kopong tidak bisa melanjutkan sekolah ke tingkat sekolah menengah pertama karena tidak memiliki biaya. "Sebelum disandera, Thedorus sempat meminta istrinya untuk membuka rekening guna mengirimkan uang, namun belum dikirim, mereka sudah diculik," katanya.
Karena itu, Kanis mengatakan, dana yang terkumpul bisa saja diberikan kepada keluarga korban untuk kepentingan sekolah anak. "Hari ini, anak Theodorus tidak masuk sekolah karena tidak ada biaya," kata dia.
Tiga warga Flores Timur, yakni Lorens Koten, Theodorus Kopong, dan Emanuel Arkiang Maran diduga diculik kelompok Muktadi Brother di Velda Sahabat, Tungku, Lahad Datu, Sabah, Malaysia, pada 9 Juli 2016.
YOHANES SEO