Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menjembatani Perbedaan Mahasiswa yang Berkuliah di Yogyakarta

Editor

Sunu Dyantoro

image-gnews
Pengacara publik LBH Jakarta Veronica Koman (kiri), Ketua Umum Aliansi Mahasiswa Papua Jefry Wenda, pengacara publik Pratiwi Febry, dan perwakilan mahasiswa Papua se-Jawa dan Bali Ambrosius Mulait memberi keterangan pers terkait pengepungan asrama mahasiswa Papua oleh polisi dan organisasi masyarakat di Yogyakarta. Jumpa pers bertempat di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Sabtu, 16 Juli 2016. Tempo/Rezki Alvionitasari.
Pengacara publik LBH Jakarta Veronica Koman (kiri), Ketua Umum Aliansi Mahasiswa Papua Jefry Wenda, pengacara publik Pratiwi Febry, dan perwakilan mahasiswa Papua se-Jawa dan Bali Ambrosius Mulait memberi keterangan pers terkait pengepungan asrama mahasiswa Papua oleh polisi dan organisasi masyarakat di Yogyakarta. Jumpa pers bertempat di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Sabtu, 16 Juli 2016. Tempo/Rezki Alvionitasari.
Iklan

TEMPO.CO, Yogyakarta - Stereotip atau cap suka mabuk-mabukan dan tidak mengenakan helm ketika melintas di jalanan kerap mendera mahasiswa Papua di Yogyakarta. Juru bicara Persatuan Rakyat Pembebasan Papua Barat, Roy Karoba, mengatakan anggapan itu sering muncul di kalangan masyarakat.

Menurut dia, cap atau label mahasiswa Papua tukang bikin onar sengaja dikembangkan kalangan yang ingin Yogyakarta tidak aman dan nyaman.

Roy mengatakan, kalau ada mahasiswa Papua yang minum minuman keras atau tidak mengenakan helm saat berkendara, itu tergantung pribadi orang. “Tidak bisa digeneralisasi kepada semua mahasiswa Papua,” kata Roy kepada Tempo, Ahad, 17 Juli 2016.

Roy mengatakan pelanggaran lalu lintas bisa dilakukan siapa pun, tidak hanya mahasiswa Papua. Minum minuman keras juga bukan budaya Papua. Tidak semua orang Papua suka menenggak minuman keras. Ada beberapa daerah di Papua yangg memiliki tradisi minum. Itu pun minuman lokal dari nira pohon aren dan kelapa.

Dosen Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta asal Nusa Tenggara Timur, Nikolaus Loy, pernah menjadi korban pelabelan. Ia mengatakan stereotip etnis dan kultural itu ada dan muncul dalam hubungan antar-kelompok. Stereotip terhadap orang Papua dan orang Indonesia yang lahir di timur telah ada jauh sebelum kasus yang melibatkan mahasiswa Papua dan mahasiswa Indonesia timur belakangan ini muncul.

Stereotip itu dihadapi mahasiswa yang tidak minum, tidak bikin keributan, dan aktif di masyarakat. “Saya pernah disuruh keluar dari kos gara-gara saya dari timur. Saya tidak pernah minum, tidak pernah ribut, dan lebih banyak mengalah,” tutur Nikolaus.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menurut dia, cap terhadap mahasiswa Papua makin menguat belakangan ini. “Aparat seperti cuci tangan dan membiarkan orang saling berhadapan,” katanya.

Biasanya, kata Niko, problem komunikasi dan hambatan sosial bisa dijembatani dengan duduk bersama, saling berdialog. Menurut dia, orang tua asli warga Yogya ini efektif menjadi titian perbedaan. Mahasiswa dari timur juga mampu beradaptasi. Mahasiswa yang berhasil mengatasi hambatan psikologis ini umumnya berkembang dengan baik.

Niko menyatakan kerap menjadi tempat curhat mahasiswa yang dicap kasar ini. "Mereka bilang, Pak satu-dua dari kami mungkin kelihatan kasar dan dianggap tidak menjunjung budaya Yogya. Tapi tak semua dari kami berperilaku buruk," ucap Niko, menirukan mereka.

SHINTA MAHARANI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Segini Uang yang Dibelanjakan Wisatawan Lokal dan Asing Saat Periode Libur Lebaran di Yogyakarta

2 jam lalu

Wisatawan memadati kawasan Malioboro Yogyakarta, Jumat 12 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Segini Uang yang Dibelanjakan Wisatawan Lokal dan Asing Saat Periode Libur Lebaran di Yogyakarta

Pergerakan wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang menyambangi Kota Yogyakarta selama 10 hari libur Lebaran, 5-15 April 2024 totalnya bekisar 277 ribu lebih wisatawan.


Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

14 jam lalu

Mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta untuk memperingati Hari Warisan Dunia Kamis 18 April 2024. Dok.istimewa
Puluhan Mahasiswa Berkumpul di Yogyakarta Peringati Hari Warisan Dunia

Tak kurang 80 mahasiswa dari tiga kampus yakni Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada dan Universitas Tidar Magelang berkumpul di Yogyakarta pada Kamis 18 April 2024.


KPK Tetapkan Bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai Tersangka TPPU

1 hari lalu

Tersangka mantan Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Yogyakarta, Eko Darmanto saat mencoblos di TPS 901 di Rumah Tahanan Negara Klas I Salemba Cabang KPK, Jakarta, Rabu, 14 Februari 2024. KPK berkerjasama dengan KPU Provinsi DKI  Jakarta memberikan fasilitas bagi 75 tahanan korupsi untuk menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024. TEMPO/Imam Sukamto
KPK Tetapkan Bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai Tersangka TPPU

KPK kembali menetapkan bekas pejabat Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto sebagai tersangka dalam perkara tindak pidana pencucian uang atau TPPU.


Bus Jurusan Yogyakarta - Pati Terbakar di Sleman, Ini Dugaan Penyebabnya

1 hari lalu

Bus jurusan Yogyakarta - Pati terbakar di Ring Road Barat Sleman Yogyakarta pada Kamis (18/4). Dok. Istimewa
Bus Jurusan Yogyakarta - Pati Terbakar di Sleman, Ini Dugaan Penyebabnya

Temuan sementara kepolisian, komponen yang pertama kali terbakar dari bus itu diduga di bagian mesin.


Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

1 hari lalu

Charlie Chaplin di Garut (Youtube)
Aktor Komedi Charlie Chaplin Pernah ke Garut, Dua Tahun Sebelum Sumpah Pemuda

Aktor komedi Charlie Chaplin pernah mengunjungi Garut pada 1926. Bahkan ia melanjutkan petualangannya ke Yogyakarta dan Bali.


Muncul Keluhan di Media Sosial Ihwal Magang Mahasiswa ke Ceko dan Hungaria, Netizen: Mirip Ferienjob Jerman

1 hari lalu

Ferienjob. Istimewa
Muncul Keluhan di Media Sosial Ihwal Magang Mahasiswa ke Ceko dan Hungaria, Netizen: Mirip Ferienjob Jerman

Kini di media sosial muncul berbagai keluhan menyangkut magang mahasiswa di Hungaria dan Republik Ceko.


Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

1 hari lalu

Liburan di Yogyakarta Semakin Menarik dengan Promo dari Traveloka

Yogyakarta adalah destinasi wisata yang memukau dan layak dikunjungi. Kekayaan budaya dan ragam kulinernya yang enak menjadi alasan terbaik untuk berlibur ke kota ini.


Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

1 hari lalu

Kampung Wisata Purbayan Kotagede Yogyakarta. Dok. Istimewa
Tak Hanya Malioboro, Tiga Kampung Wisata di Yogyakarta Ini juga Dilirik Wisatawan saat Libur Lebaran

Tiga kampung wisata di Kota Yogyakarta ini paling banyak didatangi karena namanya sudah populer dan mendapat sederet penghargaan.


Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

1 hari lalu

Malioboro Yogyakarta menjadi satu area yang dilalui garis imajiner Sumbu Filosofis. (Dok. Pemkot Yogyakarta)
Selama Libur Lebaran, Ratusan Wisatawan di Malioboro Ditegur Petugas Karena Merokok Sembarangan

Wisatawan banyak yang belum mengetahui bahwa Malioboro termasuk kawasan tanpa rokok sejak 2018.


PMII Berdiri Sejak 1960, Ini Alasan dan Tugas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

1 hari lalu

Musyawarah Nasional ke-6 Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII), menyepakati Akhmad Muqowam sebagai Ketua Umum dan Hanif Dhakiri sebagai Sekretaris Jenderal IKA PMII periode 2018-2023. | Istimewa
PMII Berdiri Sejak 1960, Ini Alasan dan Tugas Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

Ini alasan berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII pada 1960.