TEMPO.CO, Yogyakarta - Mahasiswa asal Papua masih cemas pasca-pengepungan yang dilakukan ratusan polisi di Asrama Papua Kamasan I, Jalan Kusumanegara, Yogyakarta, kemarin. Ruangan bagian depan asrama kosong, Ahad, 17 Juli 2016. Tak ada kursi yang ditempatkan di sana. Mahasiswa asrama biasanya menggelar ibadah Minggu di ruangan ini.
“Kami biasanya ibadah di asrama. Tapi hari ini tidak ada ibadah karena khawatir terhadap aparat,” kata juru bicara Persatuan Rakyat Pembebasan Papua Barat, Roy Karoba, kepada Tempo.
Patung Bunda Maria terlihat di halaman asrama. Ibadah misa yang biasanya dilakukan sekitar pukul 09.00 kali ini ditiadakan. Ahad pagi, satu mobil polisi masih patroli di sekitar asrama. Polisi juga sempat memarkir mobilnya di depan asrama.
Seorang mahasiswa asal Papua lainnya yang ada di asrama menuturkan ada orang yang meneriakkan umpatan nama binatang dari luar asrama pada Ahad subuh. Karena masih cemas, mahasiswa Papua memutuskan untuk tidak mendatangi asrama. Dari 40 mahasiswa yang tinggal di asrama, hanya lima orang yang bertahan di tempat tersebut.
Menurut Roy, tak semuanya tenang setelah rencana aksi mendukung Persatuan Pergerakan Pembebasan untuk Papua Barat atau United Liberation Movement for West Papua pada Jumat lalu dibubarkan aparat dan organisasi massa. Sebagian mahasiswa Papua juga terkena razia kendaraan khusus oleh polisi di sejumlah titik. Di antaranya di kawasan Tugu dan Jalan Timoho.
Namun, polisi membantah razia terhadap mahasiswa Papua yang melintas di jalan. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Yogyakarta Ajun Komisaris Besar Anny Pudjiastuti mengatakan tidak ada razia maupun penangkapan mahasiswa asal Papua. “Info itu tidak benar, kami hanya memantau di lapangan agar suasana kondusif,” kata Anny.
Sebelumnya, ratusan personel gabungan dari Polda Daerah Istimewa Yogyakarta, Brigade Mobil, dan organisasi masyarakat Jumat lalu menghadang rencana aksi damai mahasiswa Papua dan aktivis pro-demokrasi dari asrama menuju Titik Nol Kilometer. Mereka mengepung Asrama Mahasiswa Papua sejak pagi hingga sore hari. Organisasi masyarakat yang datang adalah Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/Polri Indonesia, Pemuda Pancasila, Paksi Katon, dan Laskar Jogja membubarkan rencana aksi damai itu.
Mereka membawa senjata semacam bambu dan pentungan. Anggota ormas juga meneriaki sejumlah warga Papua yang keluar dari asrama dengan kata-kata kotor dan nama-nama hewan. Ada pula yang melemparkan batu ke halaman Asrama Papua. Anggota FKPPI Kecamatan Umbulharjo, Elly Kinadi, yang ikut aksi di depan Asrama Papua mengatakan menolak aksi aktivis dan mahasiswa Papua.
Dia menuding aksi itu bagian dari gerakan Organisasi Papua Merdeka. Setidaknya ada 35 orang dari FKPPI yang mendatangi Asrama Papua. “Kami bersama Pemuda Pancasila, Paksi Katon, dan Laskar Jogja menolak,” katanya.
Elly mengatakan senjata berupa bambu dan pentungan dibawa untuk mengamankan diri. Organisasi masyarakat menuding terdapat banyak panah di dalam Asrama Papua.
SHINTA MAHARANI