TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu orang tua pasien vaksin palsu, Firmansyah, 36 tahun, membeberkan kondisi kesehatan putranya yang kini berusia 7 bulan. Menurut dia, sejak divaksinasi di rumah sakit itu, kesehatan putranya fluktuatif. "Sekarang saja panasnya itu naik-turun," ujar dia saat ditemui di RS Harapan Bunda, Jakarta Timur, Ahad, 17 Juli 2016.
Dia berharap pihak rumah sakit bertanggung jawab atas kesehatan anaknya tersebut. Untuk itu, dia mendatangi posko pelayanan pengaduan yang disediakan oleh Rumah Sakit Harapan Bunda. Namun pelayanan posko itu, menurut dia, mengecewakan.
Sejak ada posko pengaduan itu, hingga saat ini, kata dia, belum ada kepastian pertanggungjawaban dari Rumah Sakit Harapan Bunda. "Saya sudah empat kali bolak-balik ke sini, tapi belum juga ada kepastian," katanya,
Dia berujar pelayanan pengaduan yang diberikan hanyalah pendataan saja, sedangkan bentuk penanganan nyata dari rumah sakit hingga kini belum diberikan. "Kami ingin kepastian apakah vaksin yang diberikan kepada anak kami itu berbahaya atau tidak," ucapnya.
Berdasarkan pantauan Tempo, hingga hari ini posko pengaduan pasien vaksin palsu di Rumah Sakit Harapan Bunda terus dipadati oleh puluhan pengunjung. Posko yang berada di halaman belakang RS tersebut juga dikawal ketat penjagaan dari petugas Satuan Polisi Pamong Praja dan sejumlah satuan pengaman dari rumah sakit.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek mengumumkan 14 rumah sakit yang dinyatakan mengedarkan vaksin palsu, Rumah Sakit Harapan Bunda adalah satu di antaranya. Hal itu disampaikan saat Kementerian Kesehatan menggelar rapat dengar pendapat di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat.
Semenjak adanya pengumuman tersebut, ratusan orang tua yang anaknya menjadi pasien di Rumah Sakit Harapan Bunda menggeruduk rumah sakit itu untuk meminta pertanggungjawaban atas adanya peredaran vaksin palsu itu.
ABDUL AZIS