TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Badan Reserse Kriminal Polri, Brigadir Jenderal Agung Setya, mengatakan jumlah anak yang pernah diimunisasi dengan vaksin palsu di klinik Bidan Manogu Elly Novita bertambah.
"Pemeriksaan terakhir, ada 197 anak yang diimunisasi dengan vaksin palsu," kata dia dalam diskusi Jalur Hitam Vaksin Palsu di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu, 16 Juli 2016. Jumlah ini adalah data terakhir yang dihimpun oleh satuan tugas penanganan vaksin palsu.
Polisi menggerebek klinik itu pada 30 Juni lalu. Lokasinya berada di Jalan Centex Raya, Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Satgas lantas mengumpulkan nama-nama anak yang pernah imunisasi di sana.
Awalnya, kata Agung, polisi memeriksa 294 anak yang diimunisasi selama 2016. Dari jumlah itu, sebanyak 48 anak diduga mendapat suntikan vaksin palsu.
Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang, mengatakan satuan tugas penanganan vaksin palsu tengah mengumpulkan data anak-anak yang terpapar vaksin palsu. Selain di Ciracas yang sudah terkumpul, mereka mengecek 14 rumah sakit yang telah diumumkan tim satgas.
Menurut Maura, data ini akan ditindaklanjuti dengan pemeriksaan kesehatan. "Dicek apakah imunisasinya sudah tercapai. Kalau belum, diiminusiasi ulang," kata Maura yang bergabung dalam diskusi lewat telepon. Ia mengatakan anak-anak akan diberi vaksin yang benar.
Ia menjelaskan, hasil uji laboratorium terhadap vaksin itu menemukan beberapa jenis vaksin palsu. Di antaranya vaksin yang tidak berisi kandungan vaksin, vaksin yang berisi vaksin lain alias berbeda dengan kemasannya, dan vaksin yang berisi vaksin hepatitis B. "Ada juga isinya sama tapi kadarnya lebih rendah," kata ketua satgas penanganan vaksin palsu ini.
Efeknya pun berbeda-beda. Vaksin yang tak berisi kandungan vaksin berarti tak ada efektivitasnya. "Kalau kadarnya kurang, tingkat kekebalannya kurang tercapai," ujar Maura.
REZKI ALVIONITASARI